Aesthetic cafe
Alden bergegas keluar dari kamarnya setelah mendapatkan satu pesan dari Victor, pemudi itu memberikan pesan bahwa ia sudah berada di lobby hotel.
Dan benar saja saat Alden sampai di bawah, sosok pemuda tinggi sedang menunggu dirinya dengan tenang. Alden berjalan menghampiri Victor.
“Haii” Nada riang Alden membuat perhatian Victor tercuri, senyum Victor tanpa sadar mengembang saat melihat wajah sumringah Alden, “halo sayang” Balas Victor.
“Dih apansi” Alden menepuk bahunya “haha, salting ya kamu” Goda Victor “ngarang kamu” Balas Alden “ayok cabut deh.. Kamu mau kemana si?” Alden menatap pemuda yang lebih tinggi darinya.
“Nanti juga kamu tau” Victor membuka telapak tangannya di hadapan Alden. “Apa?” Tanya Alden dengan polosnya, Victor mendengus kemudian memulai lebih dulu untuk menggenggam tangan Alden, “ohh gandengan.. Bilang dong” Victor tidak memperpanjang pembicaraan ia dan Alden.
Mereka berdua berjalan keluar dari hotel dengan tangan yang saling menggenggam dan wajah berseri bahagia. Seakan-akan mereka sangat siap untuk menjalani hari ini.
Victor dan Alden berjalan santai di trotoar kota Paris, sesekali mereka berbincang tentang hal-hal di jalanan ibu kota France. Victor mengajak Alden untuk mengisi perut terlebih dahulu sebelum mereka memulai petualangan.
“Nah sampe” Ucap Victor.
Alden melihat dengan seksama bangunan tersebut, cafe yang terletak di belokan jalan membuat semua mata akan tertuju pada tempat ini, cafe terlihat cukup ramai.
Cafe De Flore.
Alden ingat, ini adalah salah satu tempat makan terkenal di Paris. Entah karena makanan nya yang enak ataupun tempat yang aesthetic.
“Kamu mau berdiri di situ sampe kapan?” Suara dari Victor memecah fokusnya. Alden melihat Victor sudah berada di depan pintu masuk, sepertinya pemuda itu berniat meninggalkan nya.
Alden menghampiri Victor, “kamu ko jahat si mau ninggalin aku” Mereka berdua masuk kedalam cafe. “Makanya kalau lagi di gandeng jangan di lepas” Alden hanya mendecih kecil. Keduanya berjalan ke salah satu meja kosong dekat jendela.
Alden lagi-lagi terkagum dengan pemandangan dari tempatnya duduk saat ini, ia bisa melihat ramai nya para manusia berlalu lalang dengan bangunan tua di belakangnya. Sekarang Alden merasa sedang hidup di beberapa abad kebelakang.
Sedangkan Victor, pemuda itu memilih mengambil gambar Alden secara diam-diam. Menurutnya Alden yang sedang asik menatap keluar jendela itu sangat tampan.
Pesanan mereka datang, keduanya memang sudah memesan terlebih dahulu sebelum duduk.
“Holla Monsieur”
Sapa seorang gadis cantik, pelayan tersebut menaruh pesanan Victor dan Alden dengan hati-hati. “Excusez-moi messieurs, voici votre commande”
Victor dan Alden membalas senyuman ramah perempuan itu. “Terimakasih bahas Perancis nya apa vic?” Tanya Alden tiba-tiba. “Merci” Jawab Victor.
“Merci, belle jeune fille” Sang pelayan tersenyum sipu. Perempuan itu mengangguk kemudian pergi dari meja Alden dan Victor.
“Kenapa diem?” Alden menatap Victor penuh tanya, Victor menggeleng “itu kamu tau bahasa Perancis” Tutur Victor sembari mulai menyantap Croissant madunya.
“Aku tau itu doang, soalnya ada yang pernah ngomong gitu ke aku” Alden menjawab dengan santai. Tangannya asik dengan alat makan yang mulai memotong Croque Monsieur nya.
Victor memincing tajam saat mendengar ucapan Aiden. “Terus kamu jawab apa?” Tanya Victor “aku bilang thanks, soalnya kata Noni dia muji aku” Tutur Alden.
“lain kali kamu jawab aja ‘merci morceau de merde, mec!’ ”
Alden mengangguk paham, kemudian Victor terkekeh. Alden bingung “ehh, gak bener ya itu kata-katanya” Victor mengangkat kedua bahunya “fixx gak bener, gak jadi aku contoh deh”
“Kata-kata bagus ko itu, pasti yang denger langsung kesemsem sama kamu”
“Bohong banget” Victor tertawa kemudian keduanya memilih untuk menyelesaikan makan paginya.
Tidak mau berlama-lama di dalam cafe karena memang mereka memiliki berbagai agenda, jadi setelah selesai makan dan membayar keduanya pergi dari cafe
“Ready for today?” Victor menatap pemuda di sebelahnya. Alden mengangguk “ready coco!”
Victor menggenggam tangan Alden.
“Leggo”