Annecy in the night
Tepat pukul tujuh malam Victor menunggu di depan hotel. Ia dan Alden memutuskan untuk bertemu di depan hotel.
Udara dingin kota Annecy pada malam hari itu tidak membuat Victor takut ataupun malas keluar dari kamar.
“Haii”
Victor menoleh kearah sumber suara, “hai” Jawabnya. Victor terpengarah melihat penampilan Alden malem ini.
“Vic” Tepukan di bahunya berhasil menyadarkan Victor “ehh.. Iya kenapa den?” Alden geleng-geleng kepala “kamu yang kenapa, aku ajak ngomong diem aja.”
Victor hanya bisa tersenyum, “yaudah ayok kita makan, takut makin larut” Alden berjalan mendahului Victor begitu saja “den tunggu!” Teriak Victor “cepetan, jangan lelet!” Balas Alden.
Karena letak hotel yang berada tidak jauh dari kota kedua pemuda itu memutuskan untuk berjalan kaki, sembari menikmati malam nya kota Annecy. Butuh waktu sepuluh menit lebih sampai akhir mereka sampai di restoran. La restauration d'annecyo,
Dari luar Alden bisa melihat restoran itu cukup ramai. “Ayok masuk” Alden sedikit terkejut saat Victor menarik tangannya untuk masuk kedalam.
Cling!
Bunyi lonceng di atas pintu seperti menjadi mantra yang membawa Alden ke dunia lain. Alden kagum dengan setiap infrastruktur restoran tersebut, lantai kayu hangat dengan dinding batuan yang dibuat bergelombang membawa kita seperti berada di gua tua bersejarah.
Aroma masakan masuk kedalam indra penciuman Alden, mungkin karena konsep restoran ini yang open kitchen. “Duduk sana yuk den” Victor membawa nya duduk di salah satu meja kosong di sudut ruangan.
Alden melepaskan mantel coklat tuanya. “Europe musim nya aneh ya” Victor tertawa mendengarnya “emang kenapa?” Ucap Victor “siang nya panas, malem nya dingin gini” Victor mengangguki perkataan Alden “beda banget ya sama Indonesia?” Alden mengangguk. “sebenernya kalau di Paris gak sedingin ini den, mungkin karena disini daerah pegunungan jadi lebih kerasa angin nya”
“Ya mungkin” Jawab Alden seadanya. “Kita gak pesen vic?” Alden menatap Victor penuh tanya “oh ya aku lupa” Victor menepuk jidatnya sendiri “hadeh, makanya jangan ngeliatin muka ku terus.” Sindir Alden.
Seorang pelayan datang menghampiri mereka, memberikan buku menu. Keduanya tidak membutuhkan waktu lama untuk memilih hidangan makanan malam.
Setelah pelayan pergi keheningan menyelimuti mereka. Netra Alden sibuk menjelajahi setiap sudut ruangan, pemuda itu baru menyadari terdapat banyak bingkai foto yang di pajang, berisikan foto keluarga ataupun benda benda antik.
“Gimana-gimana, kamu suka gak restorannya?” Celetuk Victor.
Alden mengangguk, “suka-suka.. Interiornya unik banget” Victor setuju dengan pendapat Alden “yang punya restoran emang mau kita ngerasa kaya lagi di rumah, hangat.”
“Pantes, aku ngerasa nyaman disini” Jawab Alden “kamu kok bisa nemuin restoran kaya gini vic?” Tanya Alden “iseng aja, aku liat tempat ini rame jadi penasaran.. Ehh malah jadi jatuh cinta” Alden terkekeh mendengarnya.
Setelahnya mereka membicarakan cukup banyak hal, mulai dari yang penting sama yang dirasa tidak penting.
“Bonjour, ceci est votre commande de nourriture, profitez-en”
Victor mengangguk, “merci mam.”
Alden mengambil satu buah mangkuk yang berisikan Boeuf Bourguignon.
“Bon appétit” Alden mengernyit bingung “ucapan selamat makan di dalam bahasa Perancis.” Jelas Victor
“Bon appétit” Balas Alden.
Keduanya makan dengan tenang, Victor yang memang tidak suka berbicara sedangkan Alden yang begitu larut menikmati setiap detail rasa dari Boeuf Bourguignon.
Sesudah menghabiskan hidangan makan malam dan membayarnya, Victor dan Alden memilih beranjak pergi dari restoran tersebut.
Baru beberapa langkah berjalan di trotoar jalan Victor sudah berhenti. “Kenapa vic?” Victor menunjuk toko di hadapan nya, mata Alden berbinar saat melihat apa yang Victor tunjuk. “Ayo masuk” Lagi-lagi Victor menggenggam tangan Victor, membawa Alden masuk kedalam toko dengan berbagai kue manis.
Saat masuk kedalam mata Alden benar-benar kalap. Rasanya semua kudapan manis di etalase pendingin di hadapannya begitu cantik.
Seorang wanita cantik yang Alden duga sebagai pelayan toko, tersenyum dengan ramah.
“Kamu mau yang mana den?” Victor menatap Alden yang masih sibuk memilih kue “aku mau macaroon vic” Victor mengangguk “ada lagi?” Ia bertanya karena mata Alden yang masih sibuk menjelajah seakan belum puas dengan pesanan nya.
“Aku mau eclair satu” Victor mengangguk “apalagi?” Tanya Victor “udah itu aja” Victor menyatukan alisnya “serius?” Alden mengangguk “dikit banget, tumben” Celetuk Victor “aku mau diet. Badan aku udah gendut banget”
Victor menggeleng “kata siapa kamu gendut” Tanya Victor “kata aku” Jawab Alden “salah tuh pemikiran mu. Tubuh kamu bagus gitu juga”
“Tapi aku gendut, jelek” Kekeh Alden “kamu gak gendut Alden, kamu orang paling cantik yang pernah kamu temuin tau” Jawab Victor “aku ganteng” Bantah Alden.
Victor mendekatkan wajahnya dengan milik Alden, “cantik.”
Victor hanya terkekeh saat melihat sang model terdiam tanpa kedip. Alden rupanya terkejut dengan perilaku Victor yang tiba-tiba.
“Je veux une boîte macaron et un long éclair”
Sang pelayan mengangguk, kemudian mulai mempersiapkan pesanan Victor
“Ok monsieur, c'est votre commande” Pelayan itu memberi satu plastik berisi pesanan Victor.
Mereka pergi keluar dari toko setelah Victor selesai melakukan pembayaran.
“Nanti aku ganti uang kamu ya” Ucap Alden “gak usah” Victor menggeleng. Alden mendengus “kan mulai kan..” Victor menoleh kearah pemuda di sebelah nya.
“Aku gak suka ah kalau kamu bayarin aku terus” Ungkap Alden, Victor tersenyum mendengar nya “kan aku yang ngajakin, jadi aku yang bayar” Jawab Victor.
“Berarti lain kali kalau aku yang ngajakin, aku yang bayar ya?” Tanya Alden. Victor menghela nafas “iya-iya”
“Mau keliling gak den?” Victor menatap pemuda di sebelahnya dengan penuh harap
Alden mengangguk “boleh, aku penasaran juga Annecy kalau malem gimana” Jawab Alden “Indah” Kata Victor “beneran?” Victor mengangguk.
“Ayok, aku tunjukin indahnya Annecy kalau malem” Lagi-lagi Victor menggenggam tangan Alden dengan seenaknya. Membawa dirinya ke tempat yang ia sendiri pun tidak tahu.
Ternyata Victor membawa Alden ke pinggiran aliran sungai Thiou. Jalanan terlihat lebih sepi, mungkin karena waktu yang sudah lumayan larut.
Toko-toko di sepanjang pinggiran sungai juga sudah banyak yang tutup. Lampu-lampu jalan berwarna oranye memberi kesan hangat pada malam yang cukup dingin itu.
Mata Alden menjelajahi se penjuru tempat, banyak sekali bangunan tua dengan gaya abad 18. Aliran sungai yang tenang hanya membuat Alden merasa lebih tenang disini.
Kesunyian menjadi teman mereka selama beberapa saat, keduanya sama-sama kagum dengan pemandangan saat ini.
“Itu gunung vic?” Alden menunjuk pemandangan di depannya, Victor mengangguk “iyaa, makanya aku bilang Annecy lebih dingin walaupun summer” Tutur Victor
“Kamu tau bangunan di tengah itu gak den?” Victor menunjuk bangunan tua di tengah-tengah aliran sungai, Alden menggeleng “gak tau, emang itu apa?” Tanya Alden.
“palais de l'ile”
Alden mengangguk, “fungsi bangunan itu apa?”
“Dulu itu di abad 12 bangunan itu di jadikan benteng, lalu berubah fungsi menjadi pengadilan. Dan sekarang menjadi salah satu tempat ikonik di Annecy”
“Wahh, ternyata kamu tau banyak juga tentang Annecy” Puji Alden, “itu karena aku sering baca buku tentang France aja” Ucap Victor.
“Kamu suka baca buku?” Victor mengangguk “lumayan, kamu suka juga?” Victor balik bertanya “suka! Aku kalau bisa ga keluar kamar seharian kalau gada schedule”
“Tebak kenapa” Pinta Alden “baca buka?” Alden mengangguk “bingo”
Victor tersenyum, senang bisa melihat raut bahagia milik Alden. pemuda itu begitu antusias menceritakan tentang buku.
Buku apa yang ia baca, genre kegemarannya, buku favoritnya, dialog kesukaannya.
Mereka terus berjalan, melewati jalanan malam itu, kesunyian kota sirna akibat pembicaraan keduanya.
Alden tidak sadar bahwa tangan Victor membawa nya menuju jalan-jalan kecil yang berada di antara bangunan tua. Banyak bunga-bunga cantik yang menjadi hiasan rumah rumah tua di situ.
Keduanya tersenyum bahagia, “Alden,” Ia menoleh kearah Victor. Pandangan mereka bertemu “kamu kalau lihat bintang dimana?” Spontan Alden menjawab “di langit lah”
“Bagi aku ada tempat lain selain langit” Alden mengernyit bingung “dimana?” Tanyanya.
Victor selangkah lebih maju, mendekatkan dirinya kepada Alden. Pandangan Victor tidak lepas dari mata bulat Alden.
“Dimata mu” Ucapnya “dimata aku?” Nada bicara nya Alden terasa ragu di pendengaran Victor.
“I like a star shining in your eyes”
“Victor”
Victor menjawab dengan gumaman “do you like me?” Pertanyaan itu lolos begitu saja dari bibir Alden.
Gelengan dari Victor entah kenapa membuat hati kecilnya terasa sakit. Alden tidak tau mengapa.
“Oh, okey” Alden berusaha tersenyum sekuat yang ia bisa.
“Alden, look at me”
Alden mengangkat wajahnya kembali, menatap netra coklat milik Victor. “I don't like you” Perkataan itu lagi-lagi menyakiti hatinya.
“But I love you”
Alden membatu, “Vi-victor..”
Cup..
Victor mengecup Alden tepat di bibirnya. Alden terdiam, ia terkejut dengan kelakuan Victor yang tiba-tiba.
Victor memundurkan wajahnya, menatap Alden yang masih diam, sembari mengedipkan mata beberapa kali.
“Alden..” Panggil Victor “i-iyaa?” Jawab Alden dengan terbata-bata. “Do you love me?” Tanya Victor dengan hati-hati.
“Yes, Yes I do”
Jawaban dari Alden membuat dua organ tak bertulang itu kembali menyatu, kali ini terdapat gerakan-gerakan sensual yang mampu membuat Alden terbuai. Mulai saat ini Alden berpikir Victor bukan hanya pandai dengan camera tetapi juga pandai mengobrak-abrik mulutnya.
Alden membalas setiap gerakan Victor dengan seirama. Melakukan ciuman panas selama beberapa waktu.
Tepukan di bahunya berhasil membuat Victor sadar bahwa Alden mulai kehabisan nafas. Ia melepaskan tautan bibir mereka. Menatap satu sama lain sembari mengatur nafas yang tidak beraturan.
Dirasa sudah lebih tenang keduanya kembali berjalan, menyusuri sudut kota Annecy pada malam hari.
Victor tidak melepaskan tangan Alden sedaritadi, ia terus menggenggam tangan tersebut.
“Kartu permintaan aku masih berlaku?” Alden berusaha memahami maksud Victor, tiba-tiba ia teringat saat pertemuan ketiga mereka di cafe.
Alden mengangguk “masih, kenapa?” Victor memperlambat jalannya “sekarang aku udah tau mau minta apa” Sahutnya “minta apa tuh?” Tanya Alden.
“Aku mau waktu lebih banyak sama kamu”
“Maksudnya?”
“habisin sisa waktu kamu di Paris sama aku Alden”
Alden tersenyum “kamu mau kan?” Victor menatap Alden penuh harap. Alden mengangguk
“Iya aku mau.”