Beside you.
“Ayo dimakan” kata Genta, Marvel mengangguk kemudian mulai menyantap sushi di hadapannya.
“Gimana rekomendasi dari gue, enak gak?” Marvel bertanya setelah melihat Genta berhasil memakan satu buah sushi “em enak enak rasa tuna nya gue suka” jawab Genta “lo suka rumput laut?” Genta menggeleng “wah untung gue pesen nya yang gak di lapisin rumput laut”
“Kalau enggak kayanya lo gak bakal makan ya?” goda Marvel “tetep gue makan kok” jawab Genta “kan itu rekomendasi dari lo”
“Dasar aneh” cibir Marvel dan lanjut menyantap hidangan di hadapannya.
“Eh iya tadi lo kaya ngomong sama Zaidan, lo kenal sama dia?” Genta mengangguk “dia temen gue” kata Genta “kok bisa temenan?” Marvel mengernyit “jangan bilang si Zaidan mata-mata anak Mahakam ya?” Genta menggeleng ribut “kaga anjir”
“Dia sohib gue zaman SMP jadi masih temenan sampe sekarang” ungkap Genta “even sekolah kita musuhan?” Genta mengangguk “iya walaupun sekolah kita musuhan” yakin Genta “tapi sebenarnya temen gue di Sky banyak kok Marv”
“Serius?” Genta mengangguk “kok bisa? gue kira pada benci sama lo” Genta terkekeh “bener kok yang benci gue juga banyak” ujar Genta “tapi yang diem-diem dukung gue juga ada”
“Maksud lo penghianat Sky banyak?”
Genta menaikan kedua bahunya ke atas, “sialan bikin gue penasaran aja lo” Genta terkekeh “lagian setahun terakhir ini hubungan Mahakam sama Sky baik baik juga” ungkap Genta “jadi lo gak perlu terlalu ambil pusing sama yang begituan Marv” lanjut pemuda itu
“Iya baik-baik aja soalnya lo gak buat ulah” sindir Marvel “dih sejak kapan gue bangor begitu?” bantah Genta “gue mah anak baik-baik Marv” kata Genta
“Halah emang lo kira gue gak tau lo biang kerok Sky sama Mahakam ribut tahun kemarin” tembak Marvel.
“Itu mah salah paham aja Marv” timpal Genta “emang gimana ceritanya nya si?” Marvel tampak penasaran “lo emang belum tau?” Marvel menggeleng dengan sedikit rada malu, Genta tersenyum
“Waktu itu gue punya cewe anak Sky” Marvel mengangguk paham, tidak terkejut karena mantan Genta memang cukup banyak yang berasal dari sekolahnya. “Kita pacaran baru tiga bulan tapi tiba-tiba sikap cewe gue aneh”
“Jadi cuek gitu padahal biasanya dia bawel tapi gue gak ambil pusing karena waktu itu gue lagi fokus buat turnamen provinsi”
“Oh lo ikut DBL provinsi?” Marvel menyeruput minuman nya, Genta mengangguk “yoi.”
“Nah karena gue sibuk latihan kita jarang ada waktu terus someday dia ngeliat gue jalan sama cewe”
“Kacau lo selingkuh?” tuduh Marvel “kaga kaga dengerin gue dulu” bantah Genta
“Gue emang jalan sama cewe tapi itu sepupu gue yang baru pulang dari Aussie makanya dia kaya asing gitulah, temen-temen gue juga kaga pada tau”
“Nah dia ngira gue selingkuh dan ternyata cowo yang lagi ngedeketin dia anak warjok Sky yang demen ribut, gue juga pernah ribut lah sama dia sebelumnya” Marvel dengan seksama mendengar cerita Genta “jadi cewe lo curhat ke salah satu anak Sky terus anak Sky itu ngajak lo ribut” Genta mengangguk setuju “Exactly!”
“Anjir gue baru tau ributnya cuma karena cewe” Marvel tampak terkejut “ya gitulah makanya gue bilang tahun kemaren ampas banget ribut nya” Genta memperhatikan Marvel yang masih sibuk mengunyah sushi di mulut nya
“Gen”
Genta menyahut dengan deheman, “kan katanya lo udah pernah ada masalah sama salah satu anak Sky kan” Genta mengangguk “yang sebelumnya emang lo pernah ribut sama dia gara-gara apa?”
Marvel menatap matanya dengan lekat seperti perasaan ingin tahu pemuda itu cukup tinggi.
Genta berdehem, mulut pemuda itu siap terbuka tetapi satu hal seperti mencuri perhatian nya.
“Marv ada saos di bibir lo” ujar Genta sembari menunjuk sudut bibirnya “dimana?” Marvel berusaha mengelap saos tersebut dengan tissue “udah hilang belum?” Genta menggeleng.
Kemudian tangannya bergerak maju ke sudut bibir Marvel, ia bisa merasakan lembut nya kulit Marvel dan perbedaan kontras antara warna tubuhnya dan Marvel.
Marvel seketika membatu saat tangan Genta menyentuh tubuhnya, entah kenapa Marvel jadi se kikuk ini padahal biasanya ia tidak begini, mungkin karena tatapan Genta kepadanya terlalu serius.
Tangan Genta beberapa kali mengenai bibir bawah Marvel yang cukup tebal, permukaan bibir itu terasa kenyal di tangan Genta.
Sampai akhirnya dengan berat hati Genta harus menjauhkan tangannya kembali.
“Marv” panggil Genta.
Marvel tersentak karena sentuhan di bahunya “lo gapapa?” Marvel menggeleng “gapapa kok” jawab Marvel dengan kikuk “udah bersih? masih ada saos gak?” Genta menggeleng, “aman kok”
Marvel tersenyum senang “makasih Gen” kata Marvel “yoi sama-sama.”
“Eh lo belum cerita alasan lo ribut sama anak Sky sebelum karena cewe itu” ternyata Marvel masih penasaran, “tapi kalau lo gak mau ceritain gapapa si” Genta mengangguk “tenang bukan masalah buat gue”
Genta mulai menceritakan alasan dari setiap masalah antara kedua sekolah, ternyata pemuda itu cukup tau banyak. Marvel sedang asik memperhatikan Genta berbicara dengan mulut yang menyantap sushi tetapi fokusnya tiba-tiba di curi oleh salah satu sudut di belakang Genta.
Marvel melihat satu pasangan muda-mudi yang tampak tidak asing baginya. Ia melihat wajah perempuan yang dirinya kenal, yang Marvel tahu hari-hari nya selama satu tahun kebelakang.
Perempuan yang dulu selalu tersenyum ke arah nya dan tertawa untuk nya kali ini tertawa untuk lelaki lain, tersenyum untuk lelaki lain dan perempuan itu juga memperbolehkan sang lelaki untuk menyentuh rambutnya dan mencium punggung tangannya.
Tanpa sadar senyum Marvel menghilang, fokusnya pecah.
“Marv..” panggil Genta, tetapi Marvel masih tetap diam “Marvel..” Genta menepuk pundaknya, Marvel menoleh kearah Genta dengan raut wajah yang kacau “Marv lo kenapa?” tanya Genta
Marvel menggeleng “gapapa Gen” Marvel berusaha terlihat biasa saja “seriusan?” Marvel terdiam, tidak menjawab pertanyaan Genta
Pemuda itu juga menjadi fokus ke makanan nya, tidak menatap Genta sedikitpun walaupun Genta sedang asik berbicara.
Sushi yang Marvel pesan akhirnya habis juga, Genta juga tidak terlalu banyak bicara karena dirasa Marvel tidak dalam keadaan yang lagi baik-baik saja.
“Marv” panggil Genta
“Kenapa Ge? Maaf gak dengerin lo ngomong dari tadi” Genta menggeleng “gapapa santai aja” ucap Genta “sushi lo udah habis Ge?” tanya Marvel, Genta mengangguk “punya lo udah habis juga kan”
Gantian Marvel yang mengangguk “mau balik atau lo mau ke tempat lain dulu?” tanya Genta “balik langsung boleh?”
Genta mengangguk “boleh dong, ayok balik” ajak Genta “lo udah cape ya” Marvel tersenyum “ya gitulah.”
Akhirnya mereka bergerak pulang setelah melakukan pembayaran,
Di motor Marvel tidak banyak berbicara, Genta melihat Marvel dari kaca spion motor, pemuda itu tampak sibuk memandangi gedung-gedung di sekitar nya.
“Marv” panggil Genta “kenapa Ge?” tanya Marvel “kalau udah gak kuat jangan di tahan, lepasin aja” ucap Genta “maksudnya?” tanya Marvel
“Gapapa kok untuk gak jadi kuat sehari aja, lo juga manusia wajar kalau cape”
“Keluarin aja, lepasin semuanya, emang si beban lo gak terangkat tapi senggaknya hati lo lega buat malem ini.”
Bibir Marvel tertutup dengan rapat, suara nya juga seakan hilang seperti orang bisu. Entah datang darimana tiba-tiba saja buliran air itu keluar dari matanya,
Tetesan air berubah menjadi deras layaknya sungai.
Genta yang menyadari Marvel mulai membuka pertahanan nya pun, menurunkan salah satu kaca spion nya, memberikan Marvel ruang untuk menangis.
Ia sengaja tidak ingin melihat, karena bagi lelaki, pantang sekali untuk menangis.
“Kalau udah siap cerita panggil gue aja Marvel, gue siap dengerin kapanpun itu tapi kalau enggak..” Genta menjeda ucapannya “gapapa, seengaknya lo udah mau menerima diri lo sendiri kalau lo lagi gak baik-baik aja.”
Keheningan menyelimuti mereka cukup lama, sampai akhirnya ada satu suara yang membuat Genta terkejut.
“Genta”
Suara orang tersebut begitu serak dan parau, Genta melirik kaca spionnya, terlihat tangis Marvel sudah cukup reda.
Genta tersenyum “mau liat lampu-lampu di Kotu gak?” Marvel mengangguk tanpa berkomentar apapun, Genta langsung membelokkan motornya ke jalan yang berbeda, membawa Marvel ke tempat tujuan.
Genta sedikit bersyukur jalanan ibu kota malam ini tidak terlalu padat sehingga mereka bisa sampai di Kota Tua dengan waktu yang cepat.
Setelah memarkirkan motornya, Genta mengandeng tangan Marvel menuju suatu tempat di kota tua, Marvel sepertinya sudah tidak memiliki tenaga untuk menolak genggaman tangan Genta.
Tetapi Marvel cukup senang saat Genta membawanya duduk di kursi besi dengan pemandangan cantik dari lampu-lampu yang menghiasi aliran sungai di depan Kota Tua.
“Sepi ya” ungkap Genta, Marvel mengangguk “gue biasanya kesini kalau lagi butuh waktu sendiri” jelas Genta tanpa disuruh “kalau lagi banyak pikiran juga sering kesini”
“Lo bisa keluarin semua perasaan lo disini Marv” ujar Genta “di alam terbuka, gak ada banyak orang tapi pemandangan nya indah”
Marvel tersenyum “makasih udah kasih tau tempat kaya gini ke gue” Genta mengangguk “sama-sama Marvel.”
Lagi-lagi kesunyian menyelimuti keduanya, Marvel sibuk memperhatikan pemandangan di depannya dengan mata yang tampak sendu.
Entah keberanian darimana Genta mulai memecahkan jarak antara keduanya. Ia bergeser mendekati Marvel dan Marvel pun dengan tiba-tiba saja menaruh kepalanya di pundak Genta
“Lo pernah ngerasa sakit hati karena ekspetasi lo sendiri gak si Gen?” tanya Marvel, Genta mengangguk “pernah” jawabannya “gimana rasanya?” tanya Marvel kembali
“Gak enak, gue marah, kesel, kecewa sekaligus sedih tapi gak bisa lampiasin itu semua ke siapapun karena emang dari awal ekspetasi gue aja yang ketinggian”
“Itu yang lagi gue rasain” celetuk Marvel “di dalam benak gue Meta masih sayang sama gue, dia masih cinta sama gue, kata putus itu cuma pelampiasan dari amarah dia ke gua aja”
“Ekspetasi gue kita bakal balikan dalam waktu dekat karena gue tau dia cinta sama gue” Marvel menarik nafasnya tinggi-tinggi “tapi ternyata enggak..”
“Hari ini gue ngeliat dia tersenyum karena orang lain, dia ketawa sama orang lain itu titik dimana semua ekspetasi di dalam benak gue hancur Gen”
“Selama ini gue denial sama kenyataan yang ada tapi di depan mata gue sendiri dia tersenyum buat orang lain” Marvel terdiam “rasanya hancur Gen, saat liat orang yang lo cinta, lo sayang, orang yang pernah ngomong ‘gak bisa hidup tanpa gue' sekarang bisa ketawa sama orang lain dalam waktu secepat itu”
“Gue hancur Gen”
Genta mengusap pundak Marvel yang bergetar, pemuda itu kembali menangis
“Berat ya Marv” ungkap Genta “pasti ini berat buat lo, ketika suatu ekspetasi lo tidak sesuai dengan realita pasti itu jadi masalah baru buat hidup lo”
“Dan yang namanya masalah pasti gak mudah buat di selesaikan “ kata Genta “tapi bukan berarti gak bisa kan?” sambung pemuda itu
“Gapapa lo nangis kali ini, hati lo sakit, hati lo hancur se hancur hancurnya tapi jangan lupa buat bangkit Marv”
“Jangan nyerah buat hidup lo, buat kisah cinta lain yang udah nunggu lo di depan sana”
“Gue yakin pasti ada satu kisah yang ending nya bakal bahagia, gue yakin itu.”
“Kuncinya cuma lo mau atau gak?”
“Mau buat apa?” sela Marvel “mau move on atau gak? lo mau berusaha atau stuck in here, dalam kesedihan yang berlarut-larut sedangkan mantan lo bisa bahagia sama yang lain”
“Manusia kadang emang bisa se bangsat itu Marv, jangan kaget”
“Berlagak paling manis tapi di akhir dia yang paling nyakitin” Genta terkekeh “cara kerja hidup emang suka gak adil”
“Tapi balik ke lo pribadi bakal tetep survive atau give up di sini”
Marvel terdiam cukup lama, seperti nya pemuda itu sedang mencerna ucapan panjang Genta, Marvel menghela nafasnya
“Gue mau Ge, gue mau berusaha buat bangkit tapi buat move on kayaknya gue belum bisa secepet itu” Genta tersenyum “is okey Marv, move on tuh butuh proses gak bisa dalam semalem langsung hilang perasaan lo, yang penting lo mau berusaha untuk berproses”
“Karena yang paling penting dalam hidup ada di saat lo berproses” ujar Genta “gue bakal temenin lo kok Marv, bakal bantu lo juga buat move on dari mantan lo”
“Gue bakal selalu ada di samping lo”
Marvel menoleh kearah Genta, memandangi pemuda itu dengan cukup dalam, berusaha mencari kebohongan di mata Genta tetapi nihil, tidak ada.
Marvel tersenyum “makasih Genta.”