Best Part
Sekarang keduanya sedang duduk bersantai di tengah taman, bahkan Victor sudah membaringkan tubuhnya di atas rerumputan yang sudah di lapisi kain putih oleh pemuda itu tadi.
Alden mengamati wajah Victor sejenak. Hingga pemuda itu sadar “sekarang hobi baru kamu tuh liatin aku ya?” Alden mengangkat satu alisnya “aku tau ko den, kalau aku ganteng” Lanjut pemuda itu.
“Pede banget” Cibir Alden. Victor hanya terkekeh mendengar cibiran Alden. “Jadi ini alasan kamu suruh aku pake baju sage green?”
“Soalnya kita hari ini kamu bawa aku ke taman” Victor mengangguk “kamu pinter banget si sayang” Tangan Victor terulur untuk mengacak acak rambut Alden. “Iyalah, baru tau ya?” Victor mengangguk dengan santai nya.
“Victor”
“Kenapa?” Jawab Victor “aku boleh nanya ga?” Ucap Alden “boleh dong sayang, kan aku udah bilang kamu bebas mau nanya apapun ke aku”
“Bener?” Victor mengangguk, Alden menghela nafas sejenak “kalau aku boleh tau kamu kenapa bisa sampe tinggal di Paris?” Ungkap Alden.
Ahh, Victor harusnya sudah tau suatu saat akan menanyakan dirinya tentang ini. “Kalau gak mau di jawab gapapa” Lanjut Alden tiba-tiba. Victor menahan tangan Alden yang ingin berpindah posisi. “Engga, gapapa.. Aku bakal jawab ko”
“Sebenarnya ini rumit banget tapi aku bakal coba jelasin kamu intinya aja ya” Alden mengangguk “aku pindah ke Paris karena aku gak mau lanjutin perusahaan papah aku” Jelas Victor. Alden dengan begitu serius menyimak penjelasan Victor.
“Bahkan dulu aku kuliah ambil business management yang bahkan itu bukan fashion aku. Tapi aku ambil”
“Karena papah mu?” Victor mengangguk “papah selalu maksa aku buat nurut sama dia, bahkan dia gak pernah mau denger isi hati aku.”
“Jadilah aku pergi ke Paris, sebenarnya bukan pergi si tapi kabur” Mata Alden membulat saat mendengar kalimat di akhir “kamu kabur?” Lagi-lagi Victor mengangguk “aku kabur tepat sehari sebelum aku jadi pemimpin perusahaan.”
“Vic.. Sorry, aku gak tau” Alden tampak tidak enak hati karena menanyakan suatu hal yang sensitif bagi Victor “gak papa sayang. I’m fine sekarang “ Victor menggenggam tangan Alden yang berada di lengan nya.
“Pasti berat ya hidup sendiri di negri orang?”
Victor mengangguk pelan, “makanya aku bersyukur banget bisa kenal Ray disini. Karena dia satu-satunya keluarga aku disini” Alden tersenyum mendengar nya, ternyata Victor masih memiliki rasa sayang kepada Ray.
“Kamu gak kangen Jakarta vic?”
“Kangen, aku kangen banget Jakarta. Tapi buat apa balik kalau ternyata di sana cuma buat aku gak bahagia den” Alden menatap mata Victor dengan lekat, tatapan pemuda itu untuk kali ini terlihat lebih teduh dari biasanya.
Alden dengan cepat memeluk tubuh Victor, ia menaruh dagunya di bahu Victor “It’s okey Victor, you did so well karena buat laluin semua hal yang gak mudah itu, terimakasih ya sudah menjadi kuat untuk tetap hidup, kamu hebat banget Victor” Bisikan Alden di telinga Victor hanya membuat pertahanan Victor runtuh, ia membiarkan buliran air mata itu turun membasahi pipinya
“Makasih Alden”
Alden melepaskan pelukan tersebut, membuat ia bisa melihat wajah air mata mengenang di bawah mata Victor dari atas “untuk apa?” Tanya Alden “untuk kata-kata yang tidak pernah aku dengar dari siapapun itu” Ungkap Victor “ucapan terimakasih dan pengakuan yang aku tunggu dari orang orang sekitarku ternyata datang dari kamu..
Seseorang yang tidak pernah aku duga hadirnya”
Alden tersenyum, “aku bersyukur bisa ketemu sama kamu Alden” Ungkap Victor dengan sungguh-sungguh “aku juga bersyukur bisa jatuh cinta sama kamu Victor”
Keduanya tersenyum, saling berpelukan sembari membisikkan kata kata cinta yang hanya bisa Victor dan Alden dengar.
“Victor, You’re my best part”
“I’m so lucky have you in my life Alden”
Keduanya kemudian tertawa, entah sebabnya apa. Alden mengambil satu buah apel merah, dan mengigit nya.
“Nanti kalau kamu pingsan, aku yang cium ya”
“Maksudnya?” Alden tampak bingung “biarin aku jadi pangeran penolong buat kamu, snow white”
“Bisaan banget gombal nya” Ledek Alden. Victor hanya tertawa “kamu haus ga?” Tanya Victor “lumayan, emang kenapa?”
“Tunggu sini, aku cari yang seger dulu” Victor bangkit berdiri, berjalan pergi meninggalkan Alden sendirian “jangan kemana-mana ya” Alden mengangguk dan setelahnya Victor menghilang dari pandangan Alden.
Saat Alden sedang asik memakan satu buah macaroon coklat, tiba-tiba ada satu kertas yang mencuri perhatian nya.
Kertas itu berada di dalam tas Victor, tetapi karena tas tersebut tidak di tutup dengan rapih. Alden jadi bisa melihat kertas tersebut.
Tangan nya dengan lancang mengambil kertas tersebut, hanya kertas selembar biasa, tetapi ada sesuatu yang membuat Alden penasaran, tulisan.
Ia membaca deretan tulisan di kertas tersebut, setelah membaca tulisan itu sampai habis Alden hanya bisa terdiam dan tanpa sadar senyum nya mengembang dengan sempurna.
Sial, Victor membuat Alden gila hanya karena hal-hal sederhana.