Come to Disneyland

Alden benar-benar bersemangat hari ini, pemuda itu menarik tangan Victor untuk segera masuk kedalam area taman bermain yang sangat terkenal di Paris itu. “Ayok co, cepetan!” Alden menunggu Victor yang masih mengantri masuk kedalam Disneyland. Wajah Alden terlihat sebal saat Victor tampak santai menghampiri nya tidak ada kesan excited sedikitpun.

“Kok kayanya kamu gak excited sih, gak suka ke sini ya?” Victor yang mendengar tuduhan tiba-tiba dari Alden tampak terkejut “enggak, kata siapa? Aku excited kok” Bantah Victor dengan tegasnya “ahh masa? Itu kamu—” Belum selesai berbicara Victor sudah memotong pembicaraan Alden “overthinking kamu di kesampingin dulu, sekarang kita have fun disini.”

“Main di Disneyland mimpi kamu kan?” Alden tanpa sadar menganggukkan kepalanya “nahh yaudah yuk naik wahana” Ajak Victor.

“Tapi tunggu dulu,” Alden menahan tangan Victor yang akan berlalu pergi, Victor menoleh kearah Alden “loh kenapa?” Pertanyaan Victor tidak Alden tanggapi, pemuda itu malah sibuk melihat sekitar, seperti sedang mencari seseorang.

“Kamu lagi nunggu orang kah?” Tanya Victor sekali lagi “ssutt! Diem aja, nanti juga kamu tau.”

“Dedek!”

Tiba-tiba suara teriakan perempuan mengalihkan fokus keduanya, Victor bisa melihat sosok perempuan yang tampak tak asing di sebrang sana.

“Machel, sini!” Alden melambaikan tangannya, membuat Machel dan ketiga orang lainnya berlari menghampiri Alden “kamu ngajak mereka den?” Ucap Victor.

“kenapa emangnya gak boleh?” bukannya jawaban dari Alden Victor malah mendapatkan sahutan sinis dari Machel, “gak boleh lah.. Gua kan pengen ngedate sama Alden”

“Gaya lo ngedate ngedate, Alden bosen kali liat muka lo mulu” Timpal Ray “mana mungkin Alden bosen sama muka gua yang rupawan ini” Balas Victor tidak kalah percaya diri “dihh muka lo kek kanebo kering gitu juga, pede abis”

“Itu namanya confident” Ungkap Victor, tidak mau kalah begitu saja dari sang sahabat, Ray.

“Heh! Lo berdua ribut mulu perasaan kaya bocah banget tau gak” Shearen tampak jenuh melihat kedua pria dewasa tersebut “itu cowok lo duluan yang mulai ren” Karena perkataan nya Victor mendapatkan tatapan tajam dari Ray.

“Kenapa lo?” Tanya Victor dengan nada sok polosnya “mulut lo anjing banget” Tutur Ray “lah apa yang salah sama kata-kata gua?”

“Oh iya gua lupa sorry sorry, belum jadian ya?” Ledekan Victor berhasil membuat Alden dan yang lainnya tertawa kecuali Ray dan Shearen.

“Kampret lo tor” Hina Ray.

“Udah si ribut nya, mau sampe kapan?” Tiba-tiba Noni memotong sesi keributan mereka “mending kita keliling yuk” Machel ikut menimpali “mulai dari yang mana chel?” Tanya Shearen “lo ada saran gak dek?” Semua orang secara tiba-tiba menoleh kearah Alden. “ke castle Sleeping Beauty gimana? Kan iconic tuh”

“Setuju banget, yuk!!” Setelah para perempuan menyukai opini Alden, mereka semua berjalan menuju Disneyland Park dengan begitu semangat nya.

Tidak butuh waktu lama untuk mereka semua sampai di kediaman milik Cinderella tersebut. Baru saja mereka menginjakan kaki di jembatan panjang, yang menjadi penghubung antara castle dan taman tetapi Alden sudah terpukau melihat bangunan megah itu.

Jika bisa di deskripsikan castle tersebut memiliki warna yang dominan dengan pink dan atap yang berwarna biru tua, itu semua memberikan kesan cantik dan megah secara bersamaan.

“Indah ya?” Alden mengangguk, setuju dengan penuturan Victor “kamu suka?” Suara Victor masuk kedalam pendengaran Alden kembali “suka, suka banget” Jawabnya “mau tinggal di situ?” Tanya Victor “konyol, mana bisa” Victor terkekeh mendengar jawaban ketus dari kekasihnya “bisa, aku bikinin nanti satu buat kamu.”

“Nanti jadinya candi dong bukan castle” Victor tertawa, “nanti jadinya Roro Jonggrang ya bukan Cinderella.” Gurau Victor “hahaha! , iyaa bener” Tawa Alden pecah begitu saja, ia tidak tahu Victor bisa kepikiran candaan itu darimana.

“Kamu berdiri di situ den” Victor menunjuk tempat di sebrang nya “ngapain?” Tanya Alden “nurut aja udah” Akhirnya Alden berjalan menuju tempat yang Victor suruh.

“Nah tahan ya” Victor mengangkat lensa kameranya, “1, 2, 3! Cheers!” Seru Victor kemudian suara jepretan kamera terdengar oleh Alden. “Emang susah ya punya pacar photograper, ada tempat bagus dikit langsung foto” Sindir Alden “habisan pacarnya model si, foto di mana pun jadi bagus hasilnya” Victor menatap Alden yang sudah kembali berdiri di hadapannya.

“Ehh kalian, Victor.. Alden! Ayok lanjut” Victor mendengus “ganggu aja si Machel” Alden hanya bisa terkekeh melihat raut tidak senang Victor “sabar ya sayangku, nanti aku kasih kiss banyak banyak deh.”

Perkataan Alden berhasil merubah ekspresi wajah Victor menjadi cerah kembali “serius den?!” Alden mengangguk “serius tapi dengan satu syarat” Ucap Alden “syaratnya apa tuh?”

“Kamu harus mau nemenin aku keliling Disneyland seharian penuh”

“gampang itumah den, kamu minta di temenin keliling satu kota Paris juga aku sanggup”

“Idih, bener ya kata Ray soal kamu” Victor mengernyit “emang dia ngomong apa?” Tanyanya “Victor sombong abis.”

Sesudah percakapan itu keduanya pergi menghampiri teman-teman mereka yang lainnya. Mereka semua melanjutkan perjalanan masuk kedalam castle itu lebih jauh, melihat berbagai keindahan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.

Setelah dirasa puas mengelilingi castle cantik tersebut, mereka berpindah tempat menuju Star Wars Hyperspace Mountain, menjadi salah satu tempat yang Ray sangat datangi bahkan Victor yang sedari tadi tampak biasa saja juga ikut semangat saat Machel mengajak mereka pergi ke sana. Mereka berhenti sejenak saat sampai di depan pintu gerbang world of Star Wars, bersua foto sejenak kemudian masuk kedalam area penuh dengan suasana luar angkasa dan kemajuannya, banyak sekali ornamen dan patung-patung karakter film Star Wars di area ini. Mereka semua bagai bintang pada hari itu.

“Ehh guys naik rollercoaster kuy” Celetuk Ray “ayok ayok, seru kayanya tuh” Jawab Machel “gua enggak deh” Tolak Alden “loh kenapa den?” Tanya Ray “gua takut hehe” Ungkap Alden dengan sedikit malu-malu

“Tenang aja den nanti kalau kamu takut pegang tangan aku aja, pasti bakal aman” Celetuk Victor “dihh si bucin” Sindir Noni “beneran aman?” Victor mengangguk “kalau kamu gak percaya tatap mata aku” Alden menuruti kata Victor pemuda itu menatap mata Victor selama beberapa saat. “Gimana?” Tanya Victor “iyaa aku ikut” Victor tersenyum, ia tau Alden bisa melihat keyakinan dari pancaran matanya.

“Tapi pegangan terus ya” Pinta Alden “jangan di lepas” Victor mengangguk, pemuda itu memperkuat genggaman tangan mereka “iyaa sayangku.”

“Hadeh, pacarannya kaya anak remaja banget lo berdua”

“Iri aja lo jomblo” Balas Victor “soon punya pacar” Timpal Ray “nembak aja gak berani” Lirih Victor yang masih bisa Ray dengar “asem.”

Mereka berjalan menuju antrian rollercoaster yang cukup panjang, butuh waktu cukup lama hingga akhirnya giliran mereka yang bisa merasakan wahana tersebut.

Sejak awal kereta berangkat hingga akhirnya kereta kembali Alden benar-benar tidak melepaskan genggaman tangannya dari Victor, keduanya berteriak bersama kemudian menutup mata bersama bahkan saat permainan selesai pun tidak satupun dari keduanya yang berniat melepaskan genggaman itu.

Teman-teman mereka hanya diam, memaklumi tingkah anak muda yang baru saja kasmaran.

“Kaya bocah banget dah tuh” Shearen hanya bisa tertawa mendengar perkataan Ray “bukannya enak ya” Ucap Shearen “enak gimana maksudnya?” Tanya Ray “ya enak bisa pegangan tangan gitu, berasa di jagain.”

“Sini pegang tangan gua” Shearen menoleh kearah Ray “biar gua jagain” Ray membuka telapak tangannya berharap bisa menyentuh tangan Shearen

“Gak ah, di tembak aja belum masa udah pegangan tangan, kaya gak ada harga dirinya aja gua”

Shearen kemudian berlalu pergi menghampiri Noni dan Machel yang berjalan di hadapan mereka. Meninggalkan Ray yang membatu sejak mendengar perkataan Shearen.

“Gua sih berharap nya genggaman tangan mereka gak pernah putus ya chel” Tutur Noni

“I hope to.”