Crush

Alden berjalan dengan sedikit cepat, membelah para pejalan kaki lainnya. Bahkan sang sahabat hampir ia tinggal jika tidak berusaha mengikuti ritme Alden, semua itu di lakukan hanya untuk seseorang. Untuk seseorang yang sudah menunggu Alden sedari tadi, dan ia tidak suka akan hal itu.

“Alden! Hah.. hah, lo jalan cepet banget si, santai aja kali” Alden menoleh kearah Machel, kondisi perempuan itu tidak jauh berbeda dengannya saat ini, kelelahan. “Gak bisa chel, gua udah di tunggu Victor” Machel sedikit bingung mendengar hal itu, “harus sampe segitunya emang? ” Pertanyaan itu lolos keluar dari mulut Machel, Alden mengangguk “gua gak enak aja. “

Machel ingin kembali berbicara tetapi suara seseorang menginterupsi lebih dahulu.

“Alden”

Seseorang pria tangguh datang menghampiri Alden, raut wajah pria itu terlihat cerah layaknya cuaca pada siang hari ini.

“Victor.. Sorry banget pasti udah nunggu lama ya? “ Victor bisa melihat tatapan bersalah dari mata Alden, ia buru-buru menggeleng “gak papa den santai aja, baru lewat lima menit juga” Keduanya secara bersamaan melirik kearah jam tangan milik masing-masing.

“Tuh Victor nya aja santai den” Suara Machel mengalihkan perhatian Victor dan Alden “gua?” Victor menunjuk dirinya sendiri, Machel mengangguk “iya tadi si dedek buru-buru banget sampe gua mau di tinggalin, takut lo marah katanya” Alden menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal, entah kenapa ia hanya merasa malu saat ini. “Haha, gak papa kali den. Aku gak mungkin marah sama.. ” Victor melirik sekilas kearah Machel yang berada di samping Alden.

Victor mendekatkan tubuhnya kearah Alden, “sama seseorang semanis kamu” Suara berat itu masuk kedalam pendengaran Alden. Sumpah saat ini Alden tidak berani menatap Victor, bahkan sekedar mengangkat wajah pun ia tidak sanggup.

Sedangkan si pria tangguh itu merasa puas karena bisa menggoda Alden, ia tersenyum kecil kemudian memberi jarak lebih banyak antara dirinya dan Alden.

“Kalau gitu aku tunggu disana ya den” Victor menunjuk satu bangunan tua di ujung jalan “kamu sekarang bisa siap-siap dulu” Alden mengangguk dengan patuh.

See you Alden”

See you vic” Alden membalas lambaian tangan Victor, mata bulatnya bisa melihat bagaimana senyum tampan yang Victor berikan kepadanya, kalau boleh jujur Alden terpana dengan itu.

Senggolan Machel di bahu nya berhasil mengembalikan Alden kedalam dunia realitas.

“Apaansi cel? ” Gerutu Alden.

Senyum misterius timbul di wajah Machel “lo berdua ada 'apa apa' ya? ” Alden mengernyit bingung mendengar itu “ada 'apa apa', apansi? ” Machel mendengus sebal, “jangan pura-pura gak tau deh lo dek” Tukas Machel “loh emang gua gak tau anjir” Timpal Alden.

“Atau jangan-jangan belum sampe tahap itu ya.. ” Ujar Machel, “masih pdkt kah? “ Alden yang mendengar nya hanya geleng-geleng kepala “gak jelas lo mah cel, gua sama Victor gak ada apa-apa gila” Bantah Alden dengan tegas.

“Tapi—”

“Udah lah gua mau touch up” Sela Alden. Pemuda itu berjalan meninggalkan Machel “oh iya menurut gua lo kudu minum air putih cel, soalnya lo rada ngawur dari tadi” Saran Alden.

Machel tidak menanggapi lebih jauh perkataan Alden, perempuan itu tetap diam bahkan saat Alden sudah beranjak pergi.

“Gua harus cerita ini ke Noni si. “


Pemuda itu tidak tahu sudah berapa lama waktu yang ia habiskan untuk bersiap diri, yang jelas saat ini dengan pasti langkah nya menuju satu sosok pria tangguh yang sedang berbicara dengan pria lainnya.

Sesudah dekat dengan mereka Alden terdiam, tidak tahu harus apa. Ia takut merusak pembicaraan dua pria dengan lensa kamera di tangan masing-masing.

“Alden” Suara Ray yang pertama kali masuk kedalam pendengaran Alden, ternyata sapaan Ray membuat Victor yang tadinya memunggungi Alden akhirnya berbalik.

You look so fine den” Puji Ray “bisa aja lo Ray” Gurau Alden, berusaha terlihat santai di hadapan seseorang. “Tapi kalau di liat-liat lo cocok banget den jadi si Elio” Tutur Ray.

“Mana ada anjir, ngaco lo Ray” Bantah Alden, karena menurut nya dia tidak ada miripnya dengan satu karakter yang Ray sebut. “Dih gak percayaan, tanya aja si Victor” Keduanya melirik kearah Victor yang masih terdiam.

Alden tidak tahu Victor sedang memikirkan apa, tapi yang jelas pemuda itu menatap Alden dengan lekat tanpa kedip. Jika boleh jujur Alden sedikit malu di tatap begitu intens oleh Victor.

“Woy tor! “

Ray memukul bahu Victor dengan cukup kuat, “apan dah mukul-mukul” Victor terlihat dongkol dengan Ray “lo kenapa dah? gua panggil gak nyaut” Tanya Ray, “sorry gak fokus tadi gua” Ucap Victor.

“Ahh gua tau.. ” Victor menatap teman nya dengan penuh maksud, “tau apan? ” Tanya Victor, “lo pasti lagi terkagum-kagum sama Alden kan” Victor hanya bisa menatap tajam kearah Ray yang saat ini sedang menunjuk kearah nya.

“Sok tau banget lo cunguk” Victor menampar main-main pipi Ray. Alden sejak tadi hanya memperhatikan kedua pemuda itu dalam diam “dihh parah banget gua di tampar” Ray memegangi pipinya “makanya jangan ngawur” Timpal Victor

“Orang gua cuma nebak,” Sahut Ray “ngaco tebakan lo” Balas Victor

“Masa? Lo aja dari tadi natap Alden gak kedip” Cibir Ray.

Victor buru-buru melihat kearah Alden yang ternyata sedang menatap kearahnya juga. Pemuda itu memberi pandangan yang tidak bisa Victor tebak sama sekali.

Bangsat banget congor lo Ray gerutu Victor dalam hati.

“Ray, tuh si Machel udah nunggu” Victor sengaja mengalihkan pembicaraan, benar Ray melihat Machel di sana. Ia mendengus karena gagal membuat Victor malu di depan Alden.

“Jadi ceritanya lo lagi ngusir gua ya” Sindir Ray “kerja brodie” Ray mendengus malas mendengarnya,

“Yaudah Alden gua kerja dulu ya” Alden mengangguk “enjoy Ray” Pesan Alden “siap den, lo juga hati-hati. Si Victor bisa ngegigit”

“Ngawur lo anjing. “

Ray berlari dengan cepat sebelum Victor sempat memukul pemuda itu. Menyisakan Victor dengan Alden dan segala kecanggungan mereka.

“Hkm! “

Suara tersebut membuat Alden menoleh kearah Victor “jangan dengerin kata kata Ray, ” Cetus Victor di tengah keheningan.

“Kenapa begitu? ” Tanya Alden “gak ada yang bener dari omongannya” Jawab Victor. “Masa? Aku malah percaya kata-kata dia, ” Alden berjalan kearah depan, entah kakinya hanya mau bergerak.

Victor dengan langkah pelan tapi pastinya mengejar Alden “kata-kata yang mana? ” Victor menghampiri Alden yang sedang menatap satu persatu bangunan tua di sisi kanan jalan. “Kamu bisa ngegigit orang” Alden masih memunggungi Victor.

Stop disitu den”

Alden sedikit terkejut dengan perintah Victor yang tiba-tiba, tapi pemuda itu menurut.

Victor mengambil beberapa foto Alden, “Bagus? ” Pertanyaan Alden membuat netra Victor terangkat menatap pemuda itu

“Bagus, coba kamu natap kesini”

Alden menatap kearah pria tampan tersebut. “Good” Puji Victor.

“Mau kesana gak?, kayanya bagus” Alden menunjuk kearah jalanan yang lebih menanjak keatas. Victor mengangguk.

Leggo

Victor juga tidak tahu kenapa ia harus tersenyum hanya karena melihat senyum bahagia Alden. Yang terlihat seperti anak kecil.

sial, sepertinya benar kata Ray. Victor terkagum-kagum dengan pemuda itu