Hangout
Matahari sudah naik ke permukaan cukup tinggi tapi hawa tidak terasa begitu panas karena angin sejuk milik kota Annecy yang berkeliaran mengenai tubuh setiap insan bumi.
Alden dan teman-temannya keluar dari salah satu kedai makanan, mereka semua memutuskan untuk breakfast bersama sebelum memulai perjalanan.
“Sekarang kita kemana?” Machel menatap kedua pria di hadapannya, “kemana tor?” Ray menatap Victor. “Lah kok gua yang tentuin” Ucap Victor “kan lo tau banyak daerah sini” Balas Ray “lo kan juga tau banyak Ray” Timpal Victor.
“Dih kok jadi pada ribut, gece dong panas tau” Omel Noni “ke laut aja, gua kepo sama lautnya” Alden akhirnya angkat suara. “Yaudah ayok” Jawab Ray.
“Lo yang pimpin ya Ray” Machel memerintah Ray dengan seenaknya. “Iya-iya.” Jawab acuh pemuda itu.
Mereka memilih berjalan kaki untuk sampai di tempat tujuan karena memang jarak yang tidak jauh. Di sepanjang jalan mereka semua asik mengobrol tentang hal-hal random.
Perjalanan dibuka dengan keseruan Machel dan Shearen yang tidak henti-hentinya mengerjai Ray.
Mereka semua berhenti di tengah-tengah jembatan. Yang memberikan pemandangan indah di sekitarnya
“Keren banget!” Puji Machel “parah si ini, ehh fotoin gua dong chel” Pinta Noni. Machel dan Noni asik bersua foto. Sedangkan Ray entah sejak kapan sudah asik berbincang dengan Shearen.
Victor berjalan mendekati Alden, pemuda itu tampak diam sedari tadi. “Gimana menurut kamu, bagus gak?” Alden menoleh kearah Victor, ia tersenyum “bagus, bagus banget malah” Ungkap Alden.
“Aku suka udaranya, nenangin banget” Victor mengangguk setuju. “Mau aku fotoin gak?” Tawar Victor “boleh boleh, yang bagus ya” Victor mengangguk kemudian mulai mengangkat kamera yang menggantung di lehernya itu.
Cekrek!
“Mau liat dong” Victor menghampiri Alden, memberikan layar kamera nya kepada Alden, “widih bagus banget belakang nya.” Posisi keduanya saat ini cukup dekat, Victor bisa mencium aroma parfum milik Alden.
“Ehh tor, tor!”
Panggilan dari Ray membuat fokus Victor dari bulu mata Alden terpecah. “Apaan?” Tanyanya dengan malas “fotoin gua dong sama Shearen” Pinta Ray.
Victor menghela nafas, “dimana?” Tanya Victor “bagusnya dimana?” Ray malah balik bertanya “disana aja” Victor menunjuk kearah laut lepas “asu lo” Victor terkekeh “yaudah tuh disana, deket bunga-bunga” Ray mengangguk. Kemudian Victor pergi bersama Ray, meninggalkan Alden yang hanya diam menatap Victor tanpa lepas.
Pemuda itu begitu tampan saat bersama dengan lensa kameranya, wajah Victor begitu serius saat memotret suatu objek dan itu membuat ketampanan pemuda itu bertambah dia kali lipat
“Woy!” Senggolan dari Machel membuat Alden menoleh kesamping “ngagetin aja lo, untung gua gada penyakit jantung” Sebal Alden “lebay, lo lagi ngeliatin apansi?” Kepo Machel.
“Bukan apa-apa” Jawaban Alden tidak membuat Machel puas “masa sih?” Alden mendengus “beneran buset dah” Ucap Alden, berusaha meyakinkan Machel
“Ehh lo berdua ngomongin apansi?” Noni datang dengan wajah bingung nya “bukan apa apa non” Noni memincingkan matanya. “Bohong non, orang jelas-jelas di ngeliatin Victor daritadi udah kaya stalker gila” Jelas Machel
“Jangan percaya non, Machel tukang nyebar hoax” Balas Alden “dih mana pernah ya, omongan gua tuh selalu trusted.”
“Gua lebih percaya omongan Machel si dek” Alden mendengus “lo beneran jatuh cinta sama Victor ya dek?” Tanya Noni “emm i–ituu,” Kedua perempuan itu memperhatikan Alden dengan lekat.
“Itu apan dek?” Tutur Machel “itu loh kita foto, iyaa foto yuk” Noni mendengus malas. “Hadeh,”
“Ayoklah, kita belum foto loh, mumpung view nya bagus” Tutur Alden “yaudah ayok, ayok” Kata Machel dan Noni secara bebarengan.
“Suruh cowo lo tuh dek, fotoin” Ceplos Machel “gua gebuk ya lo” Machel acuh. Kemudian Victor datang setelah Alden memanggilnya.
Setelah bersua foto mereka semua memilih melanjutkan perjalanan lebih jauh kedepan, “Jauh ga si Ray?” Tanya Machel “engga elah” Balas Ray. “Kok kaya lama banget” Timpal Noni “ya sabar dong, kan lo yang mau ngerasain air laut Annecy”
“Dua menit lagi juga nyampe” Ucapan Victor membuat suasana jauh lebih tenang. “Kamu cape gak den?” Alden menoleh kearah pemuda di sebelahnya “enggak lah, gini doang mah kecil” Sombong Alden.
Benar saja dua menit kemudian akhirnya mereka sampai di dermaga. Tempat para kapal kecil mengangkut penumpang. Annecy memang tidak memiliki bibir pantai tetapi walaupun begitu laut Annecy tetap indah.
“Yuhu! Akhirnya sampe” Tiba-tiba Ray menjadi yang paling bahagia, angin laut menimpa wajah Alden. Membuat helaian rambut nya terbang. Alden berjalan kearah ujung dermaga, sedikit lebih sepi karena teman temannya lagi-lagi sibuk dengan bersua foto.
Victor sedaritadi sebenarnya memperhatikan Alden, Victor berjalan menhampiri pemuda itu. Berdiri diam di belakang Alden.
Alden yang masih tidak sadar dengan kehadiran Victor di belakangnya, malah asik merentangkan kedua tangannya, tujuannya hanya ingin merasakan segarnya angin laut.
Alden tersentak saat tiba-tiba seseorang memeluk pinggang nya dari belakang. Saat Alden menoleh, terlihat wajah kokoh milik Victor yang ternyata sedang menatap dirinya juga.
“Ngagetin aja” Alden memukul pelan tangan Victor yang berada di pinggangnya. “Haha, sorry habisan kamu asik banget” Ungkap Victor.
“Kamu pernah kesini ya vic?”
Victor mengangguk, “pernah tapi gak seindah ini” Alden mengernyit “kok gitu?” Ucap Alden “soalnya gada kamu.”
“Ishh dasar kadal” Victor menoleh, “tapi merah tuh pipinya” Dari samping seperti ini memang membuat Victor bisa melihat pipi merah Alden.
“Tapi serius deh den”
“Apa?” Tanya Alden “Annecy tanpa kamu cuma kota biasa, yang membuat Annecy jadi indah itu karena kamu sayang”
“Diem gak Victor!”
Victor tertawa. “I love you Alden” Bisikan Victor di telinganya, bisa ia dengar. Alden menolehkan wajahnya ke samping.
Membuat kedua hidung bangir mereka saling bersentuhan, Victor menggesekkan kedua ujung hidung mereka.
“You look so cute, aku kayanya makin jatuh cinta sama kamu deh”
“Kamu juga ganteng banget, bikin aku pusing tau ga” Victor terkekeh “tapi sayang kan?” Tanya Victor “iya sayang.”
“Woy! Maksiat aja lo berdua” Untuk kesekian kalinya Ray mengangguk, kemesraan Victor dan Alden.
Teriakan dari Ray juga membuat seluruh atensi perempuan di sana mengarah kearah Victor dan Alden.
“Buset peluk pelukan, siang bolong nih bro” Ledek Machel “udah rasa Rose and Jack kali ya” Timpal Shearen.
Victor melepaskan pelukan nya dari pinggang Alden. “Kalian kalau iri bilang aja” Victor berjalan mendekati teman-temannya.
“Kasian gak punya ayang” Timpal Alden.
“Dihh lo berdua ya!” Machel sebal “mana pajak jadiannya” Cetus Noni “Nah! Mana traktiran nya” Ungkap Machel
“Nyampe Paris harus traktir di restoran bintang lima si tor” Celetuk Shearen “anjerr miskin mendadak gua” Ucap Victor.
“Halah jangan lebay, duit lo banyak juga” Victor memberi tatapan membunuh kearah Ray.
“Ehh udah yuk, balik ke kota. Main disana aja kan kereta kita dateng jam lima” Perkataan Shearen membuat mereka semua memilih bergegas pergi dari dermaga.