Last night

Mobil yang Victor kendarai berhenti tepat di sebelah hotel Alden. Keduanya tidak ada yang berniat keluar dari dalam mobil.

Keheningan menyelimuti mobil selama beberapa saat. “Alden” Panggil Victor, Alden menoleh kearah Victor “kenapa co?” Tanyanya.

Thank you for today.. No just today tapi buat beberapa hari kemarin. Thanks become to my life Alden”

Alden diam, masih menunggu pemuda itu menyelesaikan semua perkataan nya. “I’m so happy meet you in my life. You're my best part and I love you to the moon and never back”

Victor mengecup punggung tangan Alden dengan cukup lama. “I don't want you go babe” Lirih Victor.

Alden memegang kedua sisi wajah Victor dengan tangan nya. Tatapan mereka bertemu, “I love you more then you know coco.”

Cup..

Alden mempertemukan kedua bibir mereka. Kecupan berubah menjadi ciuman manis yang selalu Alden rindukan. Bibir manis Alden yang selalu Victor inginkan.

“I want to be the only one you have” Bibir Alden berada tepat di depan bibir Victor, “Only you Alden. Only you in my heart”

“You're my heartstopper” Ungkapan Victor membuat Alden kembali menggila. Pemuda itu memulai semuanya, semua gairah panas yang akan membawa mereka ke dalam malam yang panjang.

Ciuman manis beberapa saat lalu berubah dengan cepat menjadi panas, Alden bermain dengan mulut Victor. Ia ingin menunjukkan seberapa ahlinya ia memporak-porandakan mulut tersebut, dan Victor akui Alden berhasil. Sedangkan tangan Victor bergerak liar di leher putih Alden, sapuan lembut tetapi panas itu membuat lenguhan tertahan dari dalam mulut Alden.

Jari-jari Victor membuka dua kancing kemaja Putih milik Alden. Dan dengan lancang memasukkan tangannya kedalam kemeja.

“Ahh..”

Tubuh Alden di angkat Victor ke kursinya, membuat Alden menjadikan paha Victor sebagai tempat duduknya.

“Co—ahh..” Alden hanya bisa menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Victor. Membiarkan sang dominan bermain di dadanya.

Victor semakin turun kebawah, saat tepat di depan gundukan celana, Alden menahan tangan Victor untuk bergerak lebih jauh.

“Jangan disini, kamar aja yuk” Alden melingkarkan kedua tangan nya di leher Victor. Mengusap sensual leher belakang pemuda itu

Bagaimana Victor bisa menolak saat melihat Alden yang begitu panas saat ini. Baju berantakan, wajah memerah, bibir bengkak dan tatapan itu. Tatapan haus akan sentuhan.

Shit, ayok!”


Victor menatap langit kota Paris dari balkon kamar. Kini sudah pukul tiga pagi tetapi Victor belum bisa tertidur, bahkan kekasihnya, Alden. Pemuda itu sudah jatuh dalam dunia mimpi sehabis melakukan permainan panas lebih dari sekali.

Victor tidak bisa tidur, bukan karena Alden tidak memuaskan. Jelas kekasihnya sangat memuaskan gairahnya, bahkan semua godaan pemuda itu masih teringat jelas di benak nya.

Ia tidak bisa tidur karena takut akan hari esok, esok pagi kekasihnya sudah harus kembali pulang ke negri kelahiran nya, Indonesia. Dan Victor jelas tidak siap kehilangan Alden, ia ingin lebih lama bersama Alden, bahkan rasanya ia ingin mengurung Alden untuk dirinya sendiri, itu pemikiran gila Victor beberapa waktu lalu.

Tapi Victor buru-buru menepis pikiran tersebut, ia tidak segila itu hingga ingin mengurung Alden untuk nya seorang.

Victor membaca satu lembar kertas coklat yang berada di genggaman nya. Tiba-tiba senyum kecut muncul dari wajahnya

“Sayang banget, padahal tinggal satu lagi” Lirihnya “Huh.. Aku gak tau harus apa den”

“Aku gak siap kehilangan kamu, tapi aku juga gak siap buat balik ke Indonesia

Mari kita tinggalkan Victor sejenak, biarkan pemuda itu pusing akan masa depan percintaan nya. Tidak apa-apa, ia akan tau apa jawabannya suatu hari nanti. Dan pasti ia akan mengambil suatu keputusan, karena kita tidak bisa hidup dalam dunia abu-abu bukan?

Kita harus memilih.