Library
Rasanya tempat ini begitu asing bagi River, padahal seharusnya tempat ini adalah tempat favorite para siswa di sekolah nya.
Tapi tidak dengan River.
Menurut nya Warung Mang Irul masih menjadi tempat favorite nya.
Satu-satunya hal yang River sukai dari ruangan ini adalah dinginnya suhu ruangan.
Di lain waktu River mungkin akan datang ke perpustakaan untuk sekedar tidur siang.
Perpustakaan hari ini di penuhi oleh anak kelasnya, omongan Julian seratus persen benar adanya.
Teman-teman nya ada disini, entah bagaimana caranya.
Dan Bu Rini benar-benar mencari keberadaan nya, menurut River guru muda itu terlalu khawatir tentang nilai nya.
Jadi sekarang River disini, di lorong yang berisikan berbagai macam buku yang bisa di jadikan bahan resensi.
Tapi sekali lagi River begitu malas untuk mencari buku-buku itu, River tidak pernah tertarik dengan bacaan.
Pada akhirnya River memilih duduk di tengah lorong buku yang sepi itu, River membuka buku tulisnya yang bersih itu.
Pensil ditangannya sibuk bergerak membuat sebuah garis abstrak yang bahkan River sendiri tidak tahu akhirnya akan menjadi apa.
Waktu terus berlalu, River melirik jam di tangan nya.
Ia kemudian bangkit berdiri, berjalan menuju lorong lainnya.
River hanya berkeliling secara acak, beberapa kali ia bertemu dengan Hendrick yang sedang sibuk mengerjakan tugas.
Ataupun Galih dan Kenzo yang malah sibuk membaca komik.
River biasanya akan bergabung bersama dus temannya itu, River cinta komik. Tapi untuk saat River tidak memiliki gairah untuk membaca berbagai cerita itu.
Pada akhirnya kaki jenjang River berhenti di satu koridor buku yang berisikan tentang seni dan art.
Manik tajam nya mengudara ke sekitar, memperhatikan macam-macam judul buku yang ada di rak tersebut.
Tiba-tiba mata River berbinar.
Ia melihat sebuah buku menarik yang berada di rak buku paling atas.
River bergerak untuk mengambil buku tersebut, tapi nyatanya buku itu di taruh sangat tinggi hingga River butuh usaha ekstra untuk mengambil nya.
“Siapa yang ngusul ditaro di atas sih” Dumel River sembari tetap berusaha mengambil buku tersebut.
River bahkan sudah berjinjit untuk mempersempit jarak.
“Babi tinggi banget”
River pantang menyerah ia terus berusaha untuk mengambil buku tersebut.
Namun saat River sedang fokus untuk mengambil buku tersebut, terdapat sebuah suara asing yang menginterupsi nya.
“Let me help you”
River menoleh ke belakang, ada sosok Julian di sana.
“Boleh” Jawaban River membuat Julian maju mendekat.
Mengikis jarak antara dirinya dan River, hal itu membuat River membatu karna sungguh River dapat merasakan hembusan nafas Julian saat ini.
Pandangan Julian tertuju kepadanya dan River merasa bahwa Julian mengunci matanya agar tidak beralih ke arah yang lain.
“Here is you go, shortie”
Tangan Julian turun kebawah dengan sebuah buku yang River inginkan.
“Gue gak pendek” Cicit River, sudut bibir Julian tertarik “yakin?” Julian semakin memajukan dirinya.
Pemuda itu menaruh ujung buku kearah dagu River.
Hal itu membuat buku tulis yang ada di tangan River terjatuh dan terbuka.
Namun hal tersebut tidak membuat tatapan kedua pemuda itu beralih.
“Ijul”
Julian menjawabnya dengan deheman beratnya.
Fokus mata Julian kali ini jatuh pada satu titik, sebuah objek kenyal berwarna semerah stroberi.
“River”
Panggilan itu berhasil membuat Julian dan River menoleh ke sumber suara.
River melihat sosok Jericho di ujung lorong, pemuda itu bergerak mendekat
“Gue cariin juga lo” Pemuda itu mendorong tubuh Julian ke samping membuat posisi Julian dan River berubah “eh? Kenapa Jer?” Tanya River.
“Ayok cabut, gue bosen gila” Ajak Jericho “lo gak bosen?” Jericho menatap River.
River mengedipkan matanya beberapa kali, ia masih memproses semua kejadian beberapa waktu lalu.
“Per” Jericho menepuk pundak nya “hah? Iya gue bosen, ayok lah cabut” Jericho tersenyum kemudian merangkul bahu River dan membawa nya pergi.
Meninggalkan si ketua Osis yang masih diam di tempat dengan sebuah buku tulis milik River.