Meet him.
Notifikasi dari Genta membuat Marvel buru-buru keluar dari kamarnya. Langkah besarnya bergerak cepat menuju pintu keluar rumah nya, dari dalam Marvel bisa melihat seseorang lelaki duduk di atas motor NMX hitam dengan helm fullface yang berhasil menutup seluruh wajah pemuda itu.
Ia berlalu menghampiri pemuda itu. “Hai” sapa Marvel “hai” balas Genta “lo Genta kan?” tanya Marvel “bukan gue kurir paket” gurau pemuda itu, “oh ya udah deh gue masuk lagi” baru saja membalikkan badannya tiba-tiba lengannya di tahan oleh Genta “ehh sorry reflek” Genta menjauhkan tangannya dari lengan Marvel
Marvel hanya mengangguk “gue becanda doang Marv, bener kok gue Genta” jelas Genta “iyaa tau ya udah cabut yok” Genta mengangguk, kemudian tangan pemuda itu bergerak kesamping untuk menurunkan kedua pijakan motornya.
“Ayo naik” pinta Genta, Marvel pada akhirnya duduk di atas jok motor Genta. Dari kaca spion Genta bisa melihat Marvel sedang kesusahan dengan pengait helmnya “sini gue bantu”
Tangan Genta bergerak tanpa menunggu persetujuan dari Marvel, kedua manik mereka bertemu, entah kenapa Marvel membeku saat melihat mata elang Genta secara dekat seperti ini.
“Marvel” bahu Marvel di tepuk oleh seseorang dihadapannya “hah? Kenapa?” Genta geleng-geleng kepala “lo gue panggil gak nyaut nyaut kenapa dah?” tanya Genta “sorry tadi gak fokus”
“Kurang aqua ya?” Marvel hanya terkekeh “mungkin kali” setelah Genta berbalik ke depan Marvel baru menyadari bahwa mata Genta begitu indah saat sedekat ini.
“Nyokap lo ada di rumah Marv?” tanya Genta, Marvel menggeleng “gada, lagi keluar dia” Genta mengangguk paham “emang kenapa?” Marvel balik bertanya “tadinya mau izin ke nyokap lo” jelas Genta.
“Ga perlu Gen, temen-temen gue juga jarang pada pamit ke nyokap. Mereka main jemput gue aja” sahut Marvel “oh gitu,” Marvel mengangguk.
“Ya udah ayok berangkat, biar pulangnya gak ke malem an” Marvel merubah topik pembicaraan, Genta mengangguk kemudian mulai mengendarai motornya keluar dari komplek rumah Marvel.
“Marv” panggil Genta “kenapa?” Marvel mendekatkan kepalanya tanpa sadar ke pundak Genta “gapapa kan kalau gue panggil lo Marv?” dari kaca spion Genta bisa melihat anggukan kecil Marvel “gapapa temen-temen gue juga manggilnya gitu” tutur Marvel
“Oh iya lo punya jam malam gak Marv?” Genta kembali berbicara “kenapa emangnya?” Marvel tidak langsung menjawab pertanyaan Genta “gapapa sebenarnya cuma biar gue tau bisa bawa lo balik jam berapa” ungkap Genta “Gada sih, gue bebas mau pulang kapanpun, gak pulang juga orang tua gue santai aja”
Genta mengangguk “berarti lo anak malem juga dong” sahut Genta, Marvel terkekeh “I'm not good boy Genta, dan lagian pertemuan pertama kita juga di tempat dugem” jelas Marvel “harusnya lo sadar gasi gue anaknya sebebas apa?” celetuk Marvel.
“Iya gue paham, cuma gue kira lo gak se liar itu” ucap Genta “kenapa lo bisa mikir gue begitu?” Marvel balik bertanya “karena penampilan lo kaya anak rumahan” jelas Genta “yang ke tempat dugem cuma kalau ada masalah hidup doang atau lagi galau” Marvel terkekeh “lain kali lo gak boleh si judge orang dari penampilan nya”
“Mungkin” ucap Genta.
Keheningan terjadi selama beberapa saat, Genta fokus dengan jalanan di depannya sedangkan Marvel memang tidak berniat untuk membuka topik pembicaraan.
“Marvel, lo udah makan belum?” Marvel menggeleng “belum” jawab pemuda itu “mau ke caffe langganan gue gak?” ajak Genta “boleh tuh, nama caffe nya apa emangnya?” Genta tersenyum dari balik helm nya “nanti aja lo liat sendiri.”
“Ya udah deh” Marvel hanya menuruti semua perkataan Genta saat itu.
Membutuhkan waktu setengah jam untuk sampai di tempat makan yang Genta rekomendasikan kepada nya. Selama perjalanan, beberapa kali Genta menanyakan tentang dirinya tetapi Marvel tidak terlalu menanggapi jauh karena entah mengapa Marvel masih membangun dinding yang tinggi antara dirinya dan Genta.
“Ayok masuk” ajak Genta setelah membuka helm hitam yang menutupi wajahnya sedari tadi. Marvel mengangguk “kuy lah.” keduanya berjalan beriringan memasuki caffe tersebut, “gue mau ambil menu lo mau ikut?” tanya Genta “gue cari tempat aja deh” Genta mengangguk “boleh tuh, nanti gue nyusul ya”
Kemudian kedua pemuda itu berpisah, Genta berlalu ke meja kasir sedangkan dirinya berjalan masuk ke caffe lebih dalam. Malam minggu seperti ini membuat banyak kursi dan meja yang sudah terisi penuh, untung saja di luar ruangan masih ada tempat yang kosong.
Marvel segera duduk di satu kursi yang berada cukup tersudut. Dirinya melihat sekitar caffe yang ternyata cukup bagus, nilai estetika caffe ini cukup tinggi, warna coklat muda dengan lampu-lampu kuning membuat suasana caffe ini terasa nyaman bagi pengunjung.
Dari manik matanya Marvel melihat sosok Genta yang sedang kebingungan, spontan dirinya mengangkat tangan tinggi-tinggi. Untuk Genta melihat nya, pemuda itu langsung menghampiri dirinya
“Ini kertas menu nya” Genta menyerahkan satu kertas yang berisi menu makanan, Marvel membaca tiap menu makanan yang mereka sediakan “lo mau pesen apa?” tanya Genta kemudian Marvel menyebutkan beberapa pesanannya.
“Oke kalau gitu gue pesen dulu ya” ucap Genta “gue aja Gen” sambar Marvel “gak usah, lo tunggu sini aja” Genta segera bangkit sebelum Marvel sempat berbicara “thanks ya” Genta mengangguk “santai Marv.”
Tidak lama setelah itu Genta kembali ke tempat duduknya, keheningan lagi lagi menyelimuti mereka.
“Lo gak nyaman sama gue ya Marv?” tutur Genta, Marvel tampak terkejut kemudian menggeleng “engga kok kenapa lo mikir gitu?” Marvel balik bertanya “habisan lo kaya diem aja daritadi” jelas Genta “padahal banyak yang bilang lo anaknya rame, friendly juga” Marvel tertawa “denger dari siapa lo gue kaya gitu?”
“Dari temen gue yang kenal lo” ujar Genta sembari mulai mengeluarkan satu batang rokok “gue izin nyebat gapapa kan?” Marvel mengangguk “sok chill aja” kata Marvel “aturan gue yang bilang kaya gitu ke lo” timpal Genta. Marvel hanya tersenyum “gue emang suka kaku kalau sama orang baru, sorry ya” Genta menggeleng “gapapa, gue maklumin kok itu.”
“Ehh by the way tadi kata lo, ada temen lo yang kenal gue?” Genta mengangguk “siapa deh?” tanya Marvel “si Jojo” alis Marvel mengkerut “Jojo mana, jojo pasaran cuy” Genta tertawa “Jonathan Edward” Marvel mengangguk “oh Jona”
“Gue pernah main bareng dia tuh” ujar Marvel “iya si Jojo udah bilang ke gue” kata Genta.
Mereka berbincang lebih jauh lagi, Marvel sudah mulai terlihat santai daripada sebelumnya. Bahkan saat makanan pesanan mereka datang keduanya sesekali saling menimpali percakapan.
“Eh lo sekolah dimana si Gen?” Genta mengangkat wajahnya, menatap Marvel sejenak “lo beneran gak tau gue Marv?” Marvel menggeleng “jangan bilang lo udah kuliah Gen?” tuduh Marvel, Genta menggeleng “gue gak setua itu lah gila” bantah Genta “ya kali aja” timpal Marvel “jadi lo anak mana sebenernya?” tanya Marvel “coba tebak” Marvel mendengus “harus banget?” Genta mengangguk “kalau lo mau tau” sambung Genta
“Anak zoneof ya?” tebak Marvel “eh tapi lo terlalu berandalan buat zoneof” ungkap Marvel kembali “tampang gue emang berandalan?” Marvel mengangguk dengan semangat “banget anjing, tipe anak nakal yang cewe nya di mana mana”
“Bangsat lo sendiri yang bilang tadi gak boleh judge orang dari penampilan nya” Marvel terkekeh “iyaa si tapi pengecualian buat lo” ungkap Marvel
“Coba tebak lagi dong” pinta Genta “anak bulungan apa ya lo?” Genta menggeleng “net not” Marvel mendengus “demox?” Genta menggeleng “yakali gue anak demox Marv” ucap Genta “ya siapa tau lo sering bem di lampu merah”
“Jadi salah nih?” Genta mengangguk “salah lah” bibir Marvel tanpa sadar mengerucut, membuat Genta mengigit dinding bibir dalamnya. “Apa dong? Nyerah deh gue”
“Hahaha muka lo udah frustasi banget Marv”
Marvel baru menyadari Genta saat tertawa ternyata cukup manis dimatanya. Mata elang pemuda itu seakan lenyap dari permukaan.
“Lo anak sky kan?” Marvel mengangguk “anak sky pada tau gue kok” lanjut Genta “tapi gue gak tau lo tuh” bantah Marvel “lo nolep kali” Marvel mendorong bahu Genta “enak aja, satu sekolah juga kenal gue kali”
“Wajar kalau lo terkenal, orang lo manis banget” Marvel mendengus “modus lo buaya” cibir Marvel “gue tebak pasti cewe lo dimana-mana kan?” Genta spontan menggeleng.
“Gue free” ucap Genta “iya tapi beda hari boncengan nya beda juga” Genta terkekeh “udah ngaku aja deh Gen” sindir Marvel “lo cemburu Marv?”
“Dih ngapain juga” Genta hanya tersenyum singkat “kalau lo sendiri gimana? Boncengan lo tiap hari ganti-ganti juga enggak?” Marvel menggeleng “engga lah anjing”
“Oh berarti udah punya pacar?” Marvel menggeleng “sok tau lo, emangnya kalau gak ganti boncengan tiap hari itu tandanya udah punya cewe apa” Genta mengangguk “ya enggak lah anjing” keluh Marvel
“Tapi gak mungkin kan orang kaya lo jomblo Marv” Marvel mengerutkan dahinya “kenapa gak mungkin?” tanya Marvel “mungkin aja si” lanjut Marvel
“Orang se cakep, manis, lucu, asik kaya lo jomblo? Pasti dunia udah gila”
“Berarti dunia udah gila” sambar Marvel “lo seriusan jomblo?” Genta tampak tidak percaya, Marvel mengangguk “kok bisa bro?”
“Ya bisa-bisa aja lah, gue lagi mager pacaran atau punya hubungan sama orang”
“Masih gamon ya lo?” tembak Genta “dih sok tau lo kebanyakan makan soto” cibir Marvel “orang kaya lo Marv kalau gak mau pacaran ya pasti karena gamon atau gak takut cabang hilang, tapi gue lebih yakin yang ke satu si apalagi pas liat instastory lo kemarin” bibir Marvel terkatup, tidak bisa menjawab apapun
“Terserah lo deh mikirnya apa, intinya gue lagi males sama cinta-cintaan, cuma bikin hati sakit”
“Lo belum ketemu gue berarti” ucap Genta “maksud lo?” Genta menggeleng “someday lo bakalan ngerti” kata Genta “cabut yuk, gue mau ajak lo ke satu tempat lagi”
“Kemana?” tanya Marvel “ada deh, nanti juga lo tau.”