Museum Date

Hari ini Victor menjemput Alden lebih siang dari biasanya. Pemuda itu sengaja karena menurut nya Alden butuh waktu sendiri sedikit lebih banyak.

Ia menjemput Alden tepat setelah jam makan siang, mereka memilih bus sebagai alat transportasi kali ini, sepanjang perjalanan Alden cukup mengajukan berbagai pernyataan, menurut Victor sendiri semua pertanyaan itu cukup menarik.

Dan pastinya dengan senang hati Victor akan menjawab setiap pertanyaan Alden.

“Ayok, udah sampe” Victor bangkit berdiri, di ikuti Alden setelahnya.

Keduanya turun tepat di depan halte yang berhadapan dengan pertokoan kota Paris. “kayanya cepet banget ya” Victor menoleh kearah Alden, kemudian mengangguk “cuma sepuluh menit den” Jawab Victor “oalah pantes, perasaan baru duduk eh udah nyampe” Tutur Alden.

Keduanya menyebrang jalan setelah lampu pejalan kaki berubah menjadi hijau. Tangan Victor sudah pasti mengenggam erat milik Alden.

“Masih jauh ya?” Cetus Alden “engga, bentar lagi nyampe” Alden mengangguk “kamu cape?” Tanya Victor, Alden menggeleng “engga, tenang aja tenaga aku masih banyak” Jawab Alden.

Victor terkekeh kemudian mengusap surai Alden dengan sayang, “tenaga aku juga masih kuat ko buat gendong kamu” Ucap Victor “dih udah kaya bayi aja aku di gendong gendong” Cibir Alden

“Iyakan you’re my baby

“Kalau aku baby, kamu apa?” Tanya Alden “aku daddy” Lanjut Victor dengan enteng nya.

“Oke daddy,” Sahut Alden

Kemudian keduanya malah saling tertawa tanpa ada alasan yang jelas.

Setelah berbelok ke sebuah jalan yang lebih tua. Alden bisa melihat ramai nya orang di tengah lapangan luas dengan piramida kaca besar di tengah nya.

“Museum Louvre?”

Victor mengangguk, membenarkan perkataan Alden. “ayok masuk” Victor sedikit menarik tangan Alden untuk masuk lebih jauh kedalam lapangan tersebut.

Membuat mereka semakin dekat dengan piramida kaca di tengah lapangan itu.

Setelah membeli tiket, mereka berdua akhirnya masuk kedalam piramida tersebut, turun perlahan ke bawah melalui berbagai tangga yang melingkar.

Saat sampai di bawah terdapat banyak manusia lainnya. Yang sedang melihat berbagai karya seni milik museum ini. Alden sempat terdiam selama beberapa saat, mengamati infrastruktur bangunan ini yang menurut nya sangat unik dan indah secara bersamaan.

Seperti membawa mereka kembali ke abad sembilan belasan.

Victor sendiri memelankan langkah nya, sengaja agar sejajar dengan Alden. Mereka mulai berjalan ke ujung yang paling dekat dengan keduanya.

Rupanya saat pertama masuk mereka di suguhkan dengan kisah pembuatan museum ini. Victor membaca dengan seksama deskripsi yang tertera di dinding. Ia juga melihat gambar museum ini dari masa sebelum di bangun, saat pembuatan hingga bisa jadi seperti ini.

“oalah ini tuh tadinya kerajaan ya vic” Victor mengangguk “kamu inget gak ada bangunan tinggi, besar yang mengelilingi Louvre?” Alden terdiam sejenak, mengingat kembali beberapa waktu lalu. Kemudian ia mengangguk “inget inget” Jawabannya.

“Itu tadinya istana kerajaan di bangun pada masa Renaissance di bawah pemerintahan Francois I

Alden mengangguk paham saat mendengar penjelasan Victor. “Kesitu yuk” Victor patuh, ia mengikuti kemana Alden pergi.

Mereka melihat beberapa lukisan yang di pajang di tembok dengan begitu cantik nya. Bingkai berwarna emas membuat karya seni itu terlihat sangat megah.

Keduanya terus berlanjut, masuk lebih jauh ke dalam museum tersebut. Victor sesekali memotret karya seni yang menurut nya sangat memukau. Dan jangan lupakan ia selalu memotret Alden, karena menurut nya karya paling indah yang pernah Tuhan ciptakan ialah Alden.

Keduanya berhenti tepat di depan lukisan yang cukup besar, di dalam lukisan terlihat terdapat banyak orang yang seperti sudah mati, begitu saja di atas rakit kayu. Dari karya lukisannya yang fantastik bisa di tebak ia menggunakan aliran romantisme.

The Raft of the Medusa by Théodore Géricault” Alden membaca dengan perlahan “bagus ya lukisan nya” Ungkap Alden, Victor mengangguk setuju “iyaa bagus, tapi artinya kelam” Timpal Victor.

“Emang apa artinya?” Tanya Alden “lukisan ini di buat untuk menyindir kerajaan Prancis pada masa itu, arti tulisan itu adalah penindasan terhadap yang lemah dan gak berdaya”

Géricault buat itu untuk menyindir kanibalisme yang tinggi di Prancis pada masa nya”

Alden mendengarkan semua perkataan Victor tanpa sadar ia kagum dengan pengetahuan pemuda itu. “Kamu keren banget.. Bisa tau banyak hal” Victor hanya tersenyum, ia begitu senang bisa di puji oleh Alden.

“Lanjut yuk” Alden mengangguk, kemudian berlanjut pergi mengikuti kemana perginya Victor.

Setelah di puas dengan lantai pertama mereka memilih naik ke lantai atas. Keduanya lagi-lagi di buat kagum dengan tangga menuju lantai dua.

Tangga itu dibuat seperti dalam istana kerajaan, dibuat dari batuan kokoh, lantai bermarmer dengan, bentuk melingkar percis seperti di film kerajaan yang sering Alden tonton.

Saat sampai di lantai kedua, mata Alden tercuri pada satu patung di tengah ruangan. Alden berlalu begitu saja dari sisi Victor membuat pemuda itu sedikit kepayahan untuk mengejar Alden.

“Alden”

Alden menoleh kearah Victor “loh, kamu kenapa co.. Kok ngos ngosan gitu” Tanya Alden “kamu tuh.. Lain kali kalau.. Hahh”

“Nafas dulu co” Victor mengangguk, setelah aliran nafasnya kembali normal Victor kembali berbicara “kamu lain kali kalau mau pergi tarik tangan aku, jangan main pergi aja” Pinta Victor “kenapa harus gitu?” Tanya Alden

“Biar kita ga kepisah lah” Jawab Victor “kan aku gak bisa tanpa kamu den” Alden mendengus “lebay deh.”

Alden kembali fokus kepada patung di depan nya, memperhatikan setiap bagian patung tak berlengan itu.

“Venus de Milo”

Ucapan Victor membuat Alden mengalihkan perhatiannya kepada pemuda itu. “Iyaa, kamu tau?” Victor mengangguk “salah satu patung ikonic nya museum ini” Sahut Victor.

“Di deskripsi nya 200 cm lebih masa” Ucap Alden “tinggi banget ya.”

Victor mengangguk, “tapi gak setinggi rasa cintaku ke kamu si den” Timpal Victor “halah buaya darat, gede banget omongan nya” Cibir Alden. “Hahaha, orang jujur juga” Bantah Victor.

“Udah ah, kesana yuk” Alden menunjuk kerumunan yang sangat ramai. “Ayok” Victor menarik tangan Alden menuju kerumunan itu.

“Ada apa si vic?” Tanya Alden dengan penuh penasaran. Victor berjinjit, berusaha melihat apa yang menjadi sumber perhatian mereka.

Senyuman Victor kemudian timbul dengan kecil. “Loh ko malah senyum, ada apa si?” Alden tampak bingung “ayok maju” Victor berjalan lebih masik kedalam kerumunan.

“loh jawab pertanyaan aku dulu” Rajuk Alden. “Nanti kamu tau” Jawab Victor.

Setelah lima menit mengantri akhirnya giliran mereka kali ini untuk melihat salah satu lukisan paling terkenal dan kebanggaan museum ini.

“It’s Mona Lisa!” Tanpa sadar Alden berteriak, Victor mengangguk, membenarkan tebakan Alden. “Yes this Mona Lisa by Leonardo da Vinci” Tambah Victor

Oh gosh, ini indah banget vic” Walaupun ia tidak begitu dekat dengan lukisan tersebut, tetapi Alden sudah sangat kagum dengan karya seni itu.

“Mau aku fotoin?” Alden mengangguk semangat “boleh banget” Victor mulai mengeluarkan kameranya dan memotret Alden.

Karena keterbatasan waktu, Victor dan Alden berlalu dari lukisan Mona Lisa. Mereka berjalan masuk kedalam lorong yang di keliling berbagai lukisan indah di sisi kanan dan kiri.

Di sepanjang jalan mereka masih membicarakan tentang ke fantastisan lukisan Mona Lisa. Mulai dari harga lukisan tersebut, siapa pelukisnya dan betapa pentingnya lukisan tersebut bagi Leonardo, atau bagaimana teknik pelukisan nya dan komponen di tiap lukisan yang sangat berbeda dari kebanyakan lukisan pada abad sembilan belas.

Sampai akhirnya pembicaraan tentang Mona Lisa berhenti saat perhatiam netra Alden di curi oleh salah satu lukisan paling besar yang pernah Alden lihat.

Alden berjalan mendekati lukisan besar tersebut.

“The Wedding feast at Cana by Paolo Veronese” Alden membaca tulisan tersebut. Matanya mulai menelisik lukisan itu, di dalam lukisan terlihat begitu ramai, banyak orang mengenakan pakaian yang warnanya beragama dan di dominasi dengan warna terang. Latar belakang nya juga seperti sedang berada di tengah kerajaan, tetapi ada satu sosok yang mencuri perhatian nya.

Satu orang yang duduk di tengah lukisan, terlihat seperti sentral dari semua orang karena terdapat terang di sekelilingnya.

Sosok itu tampak tidak asing

“Victor” Panggil Alden “iyaa den?” Sahut Victor. “Itu” Alden menunjuk sosok tersebut “gak asing ya” Alden mengangguk.

“Itu Tuhan Yesus Kristus kan?”

Victor mengangguk, “Yap. Itu dia” Jawab Victor “kamu inget gak di perjanjian baru dalam kitab Yohanes

“Tentang bagaimana Tuhan Yesus merubah air menjadi anggur?”

Alden mengangguk, “ahh aku inget” Ucap Alden “It’s reason kenapa lukisan ini namanya Wedding at Cana.. Karena itu tempat dimana Tuhan rubah air menjadi anggur kan?”

(Yohanes 2:1-11)

“Bener banget, sayangnya aku pinter banget si” Victor menepuk pundak Alden selama beberapa kali. “lukisan ini emang kental dengan unsur religius den, Paolo buat ini untuk menunjukkan kebesaran Yesus Kristus di Cana. Ini juga menegaskan bahwa di dalam Perjanjian baru pelayanan dan pengampunan adalah hal yang membahagiakan dan menggembirakan.”

“Wow, keren banget”

“Iya emang dia keren banget” Alden menggeleng “bukan Paolo tapi kamu.. Victor” Ucap Alden

“Aku?” Alden mengangguk “kamu bisa tau sedetail itu, kamu hebat banget sumpah”

“Buat aku makin jatuh cinta sama kamu tau!”