One night

Musik berdentum, membuat banyak orang menggerakkan badannya mengikuti irama.

Termasuk dengan Julian.

Sebelah tangannya memegang gelas dan satu lainnya merengkuh pinggang gadis yang ia ketahui namanya adalah Vanilla.

Perempuan itu sedari tadi memperhatikan wajah Julian.

“I know i’m so fine, but you should blink pretty”

Vanilla menoleh kearah lain, tampak malu saat ketahuan sedang terkagum-kagum oleh wajah Julian.

“Are you shy?” Suara berat itu berada tepat di samping telinga Vanilla “i’m not” gagap perempuan itu.

“Kalau lagi ngomong sama orang itu tatap matanya” Tutur Julian “kecuali kalau emang tebakan gue bener”

Vanilla menatap mata Julian, yang sedari tadi memang sudah memperhatikan perempuan itu.

“I’m not shy” Tutur perempuan itu sekali lagi. Julian menyentuh dagu Vanilla “hm, i know you lie but that's oke because you pretty then i forgive you”

Pandangan keduanya bertemu.

“Say it what in your mind, i wanna know” Bisik Julian tepat di hadapan wajah Vanilla.

“You're fuckin fine and i’m so scared” Tutur Vanilla “scared? Why?”

“Gue takut jatuh ke dalam pesona lo terlalu dalam” Julian tersenyum “why you so sweet?” Tanya Julian “maybe cuz my name is Vanilla?”

Julian mengangguk paham, “are you really like your name?” Tangan Julian bergerak mengusap punggung perempuan itu “maksudnya?”

“Are you really sweet like Vanilla?”

Perempuan itu terkekeh, “I don't know,” Jawab Vanilla, perempuan itu mendekatkan bibirnya ke telinga Julian “maybe you should try it, Ian”

Kemudian semua permainan gila dimulai.

Bibir keduanya menyatu tanpa ragu, si puan menyerah dan membiarkan Julian memimpin permainan bibir mereka.

Kegiatan itu terus berlanjut, bibir Vanilla bergerak menciumi leher Julian sedangkan pemuda itu berusaha menyegerakan pikirannya dengan sebuah jack daniels di gelas nya.

Pandangan nya mengedar dan saat sedang memperhatikan sekitar tiba-tiba saja ada satu sosok yang menarik perhatian Julian.

Haikal.

Pandangan Julian dengan pemuda itu bertemu.

Tampaknya Haikal sudah memperhatikan Julian sedari tadi.

Julian mengeratkan tangannya yang berada di pinggang Vanilla. Kemudian Julian mengangkat wajah Vanilla, agar kedua bibir mereka bisa menyatu kembali.

Vanilla tampak kelabakan karna permainan lidah Julian yang lebih bringas daripada sebelumnya.

Disela cumbuan panas itu mata Julian melirik kearah Haikal, yang tampak masih setia memperhatikan aktivasinya.

“Ian, gimme breathe” Lirih perempuan itu.

Julian turun ke leher Vanilla, menghiasi leher perempuan itu dengan bibirnya. Mengecup tiap jengkal kulit perempuan itu seakan, Vanilla adalah mahakarya terindah malam ini.

Tangan Julian yang lain pun bergerak untuk menyusup masuk ke dalam gaun yang perempuan itu pakai.

“Ian, slowly” Perempuan itu menjambak rambut nya.

Sampai tiba-tiba di sela kegiatan nya.

Seseorang mengacungkan kegiatan keduanya. Vanilla tampak sebal dan bahkan Julian sudah siap meninju orang yang berani menganggu kegiatan nya.

Sampai Julian melihat sosok Haikal di hadapan nya dengan nafas memburu dan wajah yang merah.

“Stop playing with me” Seru pemuda itu, satu alis Julian terangkat “i’m not playing with you. Al” Bantah Julian.

“Ikut gue” Tiba-tiba saja Haikal menarik tangan Julian.

Vanilla tampak tidak Terima, “is okey pretty i will back quickly.” Jawaban Julian membuat perempuan itu memperbolehkan Haikal membawa Julian pergi.

Ternyata Haikal membawa Julian masuk ke dalam toilet, membuat suara bising musik dan orang-orang seketika lenyap dan digantikan oleh keheningan yang panjang.

Julian masih diam di tempat nya, ia menunggu Haikal berbicara.

Sampai beberapa waktu keduanya masih diam di tempat tanpa ada pembicaraan.

Julian mendengus, “kalau lo gak ada yang di omongin gue cabut, gue masih ada urusan” Julian berniat pergi tapi tangannya di tahan oleh Haikal “tunggu, gue mau ngomong sama lo”

Julian kembali berdiri di hadapan Haikal.

“Lo bisa berhenti mainin permainan lo gak sih Jul?” Tanya Haikal “permainan apa? Gue gak pernah memainkan apapun” Haikal mendengus “jelas-jelas lo lagi mempermainkan gue anjing”

“Lo sengaja mesra-mesraan di depan gue sama cewe gak jelas, cuma buat gue cemburu kan?” Tanya Haikal “I know how crazier you’re Ian”

Pemuda itu menunjuk dada Julian.

“So you're jealous?” Suara Julian tidak setinggi Haikal “are you jealous, Haikal?” Julian mendekatkan wajahnya dengan Haikal.

“Don’t call me like that”

“So what name should I call you?”

“You know the answer, Jul” Tutur Haikal “sorry gue lupa Kal, can you tell me what is?” Julian melipat tangannya di depan dada.

Haikal memejamkan matanya, “Baby Al”

Sudut bibir Julian terangkat, “baby Al?” Haikal mengangguk “sound good on you” Ujar Julian kembali “where you daddy?” Julian mengelus dagu Haikal.

Pemuda itu menunjuk Julian.

“Say it baby”

“You’re my daddy, Ian”

Julian tersenyum, kemudian merengkuh pinggang Haikal yang cukup ramping bagi seorang lelaki.

Dengan spontan Haikal menyenderkan wajahnya di bahu bidang Julian.

“Jangan kaya gitu lagi Ian, gue gak suka” Tutur Haikal “lo gak suka apa Al?” Julian bertanya kembali “gue gak suka lo cium orang lain, lo peluk orang lain. Lo cuma boleh ngelakuin semua itu sama gue” Haikal menatap mata Julian.

Julian terkekeh, “did you forgot about your last bubble chat to me?”

“You sworeing me” Tutur Julian “but right now, lo keliatan kaya orang yang gak bisa kehilangan seseorang”

“Lo kalah sama permainan yang lo buat sendiri Al” Julian setia menatap mata coklat itu “iya gue kalah dari lo Jul, lo pemenangnya but please stay with me

“still with me Ian” Haikal menyentuh kedua bahu Julian.

Julian diam sejenak, memperhatikan bagaimana air muka Haikal yang tampak menyedihkan di hadapan nya.

“Don’t cry” Julian mengusap air mata yang mengalir di pipi Haikal.

“But I can stay with you anymore” Perkataan Julian seakan guntur yang tiba-tiba menghantam Haikal “kenapa?” Tanya Haikal dengan terbata-bata.

“You're bored me” Ucap Julian

“Gak, gak. Lo pasti bohong kan? Ini pasti bukan alasan lo yang sebenernya. Jul kalau lo gak suka sama sikap atau sifat gue you can tell me. Gue bisa rubah hal itu buat lo”

Julian menggeleng “gak ada yang perlu dirubah dari lo ataupun gue” Jelas Julian “lo gak perlu ngelakuin apapun Kal seakan-akan lo berkorban buat hubungan ini”

“Karna nyatanya kita gak punya hubungan se kuat itu”

“Lo sama gue cuma temen tidur, lo inget itu kan?”

Haikal terdiam, tanpa bisa menjawab pertanyaan Julian.

Sudut Julian terangkat. “Thank you Al”

Julian beranjak pergi tanpa peduli dengan ekspresi wajah Haikal atau keadaan pemuda itu.

Namun tiba-tiba saja tubuh Julian di dekap dari belakang.

“Don't go Julian, please” Suara Haikal berada tepat di telinga Julian “stop Kal, gue gak mau kasar sama lo” Tutur Julian.

Haikal menggeleng, “for the night Julian, biarin lo jadi milik gue buat malem ini” Julian memejamkan matanya sejenak “setelah itu gue bakal lepasin lo seutuhnya”

“Oke, one night.”