Passenger sit

Saat River masuk kedalam mobil Julian, si pengemudi lebih dulu menyapa River.

“Hai” Sapa Julian, River membalas nya dengan sebuah senyuman “hai lo udah nunggu dari tadi?” River menatap pemuda di sebelahnya. Julian menggeleng “enggak, gue baru nyampe kok”

Julian dapat mendengar hembusan nafas yang keluar dari mulut River.

Tawa kecil Julian mengudara, “santai aja Ri lo keliatan grasak grusuk banget tadi” River mengangkat satu alisnya “emang kedengaran ya?” Julian mengangguk, River membuang mukanya ke arah lain.

“Aduh gue takut lo nunggu gue nya kelamaan anjir” Ujar pemuda itu “dibilang santai aja, gue akan selalu nungguin lo kok”

“Nah gue gak mau lo nunggu gue nya kelamaan, masa lo udah jemput gue dari sekolah kesini terus juga harus nunggu lebih lama lagi karna gue nya belum siap”

“Gue sih kalau jadi lo sih ogah ya Jul”

River berceloteh panjang lebar, pemuda itu tampak bingung dengan jalan pikir Julian.

Tetapi Julian sendiri terlihat santai, pemuda tersebut benar-benar tidak keberatan harus menjemput River dari sekolah ke rumah pemuda itu.

“Lagian Jul ya, lo kan ketua Osis, pasti sibuk dong? Terus kok bisa sih lo keluar sekolah cuma buat jemput gue?” River bertanya kepada Julian “temen-temen lo emangnya gak protes?” Kedua manik pemuda itu bertemu.

Bukannya menjawab pertanyaan River, Julian malah mendekat kearah pemuda itu.

River menahan nafas saat wajah Julian berada cukup dekat dengannya, bahkan River dapat merasakan harum parfume milik Julian.

Tanpa sadar River memejamkan matanya.

Click!

“Kita berangkat ya Ri”

Penuturan Julian membuat manik River kembali terbuka, kemudian pandangannya turun ke bawah.

Tepatnya kearah seatbelt yang sudah terpasang di badan River.

Kemudian River menoleh kearah kemudi, wajah Julian tampak lurus mengarah ke jalanan di depan mereka.

“Lo mau denger lagu?” Tanya Julian tanpa menatap River “hah?” Julian kemudian menoleh kearah River “kalau mau denger lagu sambungin aja ke akun spotify lo”

“Oh oke”

Senyum Julian mengembang membuat alis River saling bertautan. “Kenapa lo senyum-senyum sendiri?” Tanya River, Julian menggeleng “gapapa, lucu aja liat muka bingung lo tadi”

River memukul lengan atas Julian, “bangsat lo.”

Julian tidak berniat untuk membalas kelakuan River, karna menurut nya itu tidak memiliki rasa sakit sedikitpun.

River sendiri lebih memilih untuk menikmati lagu kesukaan nya yang sedang dimainkan oleh audio mobil.

Hening menerpa keduanya selama beberapa saat.

“Ri” Panggilan dari Julian membuat River menoleh kearah pemuda itu “kenapa Jul?” Tanya River “lo udah liat lukisan lo sama Bella belum?”

River menggeleng, “gue juga belum liat” Timpal Julian “liat bareng gue mau gak?”

“Boleh” Jawab River tanpa butuh waktu lama “tapi gue ada urusan dulu sama kepsek”

“Santai aja Jul, kalau lo udah ada waktu luang kabarin gue lagi aja”

Julian menatap River yang saat ini sedang tersenyum kearahnya.

Senyuman nya cantik banget

Tint!

“Julian”

Panggilan dari River beserta suara klakson kendaraan lain membuat Julian tersadar dari dalam pikiran nya sendiri.

“Malah bengong, itu lampu nya udah hijau” Ujar River.

“Oh iya,” Julian geleng-geleng kepala, berusaha mengambil fokus nya kembali kearah jalanan ibukota.

“Apa sih yang ada di pikiran lo? Sampe klakson mobil juga gak mempan” Tutur River saat mobil sudah berjalan.

“Kalau jawaban nya lo gimana Ri?”

“Hah? Gimana?” River mengedipkan matanya beberapa kali, berusaha mencerna perkataan Julian.

“Gak, lupain aja”

River mendengus, “kebiasaan dah anj”