Picnic Day

Pesan dari Victor membuat Alden buru-buru bersiap diri. Setelah selesai memakai lipblam cherry, Alden langsung mengambil tas nya dan berjalan keluar dari dalam kamar hotel.

Kakinya melangkah dengan cepat menuju lift, ia begitu beruntung karena pintu lift sedang terbuka “Wait!” Seruan dari Alden membuat seseorang di dalam lift bergerak menahan lift tersebut.

“Merci” Ucap Alden tepat sesaat setelah masuk kedalam lift.

Tidak membutuhkan waktu lama, Alden merasakan lift bergerak turun dan berhenti tepat di lantai yang ia mau. Ia berjalan keluar setelah seseorang lainnya.

Lagi-lagi ia melihat Victor yang sedang duduk dengan nyaman di tempat tunggu hotel, pemuda itu tampak fokus dengan ponsel di tangannya.

“Hello coco!”

Victor mengangkat wajahnya membuat pandangan mereka bertemu, “ehh ada si sayang” Balas Victor “gombal huu” Victor hanya terkekeh, ia bangkit berdiri. Merengkuh pinggang Alden dengan sengaja.

“Apa nih peluk peluk” Tanya Alden “sengaja biar semua orang tau kamu punya aku” Jawaban Victor hanya Alden anggap angin lalu.

“Ayo pergi” Alden mengangguk kemudian keduanya berjalan keluar dari dalam hotel. Ternyata Victor membawa Alden ke depan sebuh mobil.

“Kita naik mobil?” Victor mengangguk “lumayan dari sini dua puluh menitan” Alden mengangguk, kemudian masuk kedalam kursi penumpang yang berada tepat di sebelah sang pengemudi.

Setelah membukakan pintu untuk Alden, Victor berjalan kearah sisi mobil yang lain. Ia masuk kedalam mobil, lebih tepatnya ia duduk di kursi pengemudi.

Victor melihat Alden kesusahan dengan tali seatbelt nya, dengan rasa inisiatif yang tinggi, Victor langsung membantu Alden mengenakan seatbelt. Alden terdiam, membiarkan Victor sibuk dengan tali seatbelt sementara dirinya malah asik mengamati wajah Victor.

Cup..

Alden terkejut dengan perlakuan tiba-tiba Victor, pemuda itu bisa begitu cepatnya mengecup bibirnya.

“Ihh ngangetin” Victor tertawa “abisan kamu nya natapin bibir aku terus” Tangan Victor mulai bergerak di setir kemudi. Membawa mobil beranjak pergi dari hotel tempat Alden menginap.

“Kalau mau cium tuh bilang aja” Lanjut Victor “siapa juga yang mau di cium kamu” Ketus Alden “ohh jadi gak mau nih?” Goda Victor “enggak” Jawab Alden dengan singkat “yaudah nanti aku peluk cewe lain aja deh”

“Dih!” Alden dengan cepat menolehkan kepalanya “dasar buaya!” Alden memukul lengan Victor, membuat sang pengemudi meringis kesakitan. “Loh, buaya apanya coba? Kan kamu gak mau dapet ciuman dari aku”

“Mending aku kasih ke orang lain kan?”

Victor menoleh kearah Alden setelah tidak mendengar balasan dari pemuda itu. “Ta-tapi jangan gitu lah” Tutur Alden dengan sedikit terbata-bata “kan kamu.. harusnya cium aku aja” Lirih Alden.

“Bilang aja kamu mau kan dapet ciuman dari aku?”

“Enggak” Balas Alden dengan cepat “yaudah berarti nanti aku cium Machel aja” Alden melotot. “Ihh gak boleh!” Rengek Alden “pokoknya nya yang boleh kamu cium cuma aku!”

“Coco, punya aku tauu”

Senyuman kecil terukir di wajah Victor. Tangannya terulur untuk mengusak surai Alden, “iyaa babe i’m yours” Kata Victor.

Kiss dong coco nya”

Cup

Kecupan Alden di pipi Victor hanya membuat Victor semakin tidak sabar untuk menjalani hari ini.


Mobil berhenti tepat di tujuan yang Victor mau. Ia menatap kearah Alden yang sedang jatuh kedalam dunia mimpi, lagi-lagi Victor tersenyum hanya karena melihat wajah lucu Alden saat tidur.

Bibir pemuda itu ketika tertidur mengerucut lucu.

“Hoam..”

Victor bisa melihat perlahan mata Alden terbuka, pemuda itu menatap dirinya dengan lekat, sepertinya Alden masih mengumpulkan nyawanya satu persatu.

Setelah beberapa waktu kemudian, setelah kesadaran nya kembali total. Pemuda itu baru menyadari mobil sudah tidak bergerak. “Kita udah nyampe ya vic?” Tanya Alden, Victor mengangguk “dari tadi?” Victor menggeleng “baru ko sayang” Balas Victor.

“Ohh kirain dari tadi”

“Gimana, kamu udah kuat jalan belum?” Alden mengangguk “udah kok, ayok keluar” Alden membuka pintu lebih dulu. Terlihat anak itu sepertinya lebih semangat daripada Victor.

Alden berjalan cukup cepat bahkan Victor hampir di tinggal jika tidak buru-buru mengambil tangan Alden dan menggenggam nya.

Alden sendiri asik menikmati udara Paris siang ini, apalagi ternyata Victor membawa nya ke taman dengan berbagai bunga cantik yang segar untuk dilihat.

Luxembourg, nama taman itu. Banyak orang di dalam taman, mungkin karena ini musim panas jadi banyak orang yang ingin melakukan picnic atau sekedar duduk santai di atas rerumputan.

Victor berjalan lebih dahulu, seperti menjadi pemandu nya hari ini. Pemuda itu ternyata membawa nya ke tengah rerumputan hijau yang sangat luas.

Rerumputan itu di isi banyak orang, entah itu membentuk sekumpulan atau hanya dua orang, bahkan Alden lihat ada yang duduk seorang diri dengan hewan peliharaan nya.

Victor membawa nya duduk di bawah pohon apel, sedikit melipir dari tengah nya lapangan itu.

Alden melihat Victor mengambil kain putih dari dalam tas rotan berbentuk kotak.

“Kamu niat banget ya aku liat-liat” Celetuk Alden “harus dong, kalau buat orang spesial kaya kamu mah” Ucapan Victor tanpa sadar membuat kupu-kupu di dalam perutnya berterbangan.

“Ayok duduk”

Alden duduk di sebelah Victor, tangan Alden terulur membuka tas rotan tersebut. “Demi apa kamu bawa makanan kaya gini juga?”

Victor mengangguk “seneng gak?” Tanya Victor “Seneng banget lah” Jawab Alden dengan begitu antusias nya. Pemuda itu mulai mengeluarkan satu persatu makanan dari dalam kotak.

Mulai dari buah buahan yang sudah Victor taruh di dalam kotak makan, kemudian beberapa potong pepperoni pizza, dan minuman ringan, dan ternyata Victor juga membawa satu makanan kesukaan nya.

“Macaroon!”

Victor yang sedari tadi memperhatikan Alden, ikut tertawa ketika melihat reaksi semangat pemuda itu saat melihat makanan kesukaan nya. “Haha, seneng banget si kamu kayanya.”

“Banget banget, soalnya kamu gak lupa sama dia” Alden menunjuk satu kotak macaroon di depannya. “Gak mungkin aku lupa macaroon, orang makanan kesukaannya kamu”

Alden mengangguk, “ayo makan” Ajak Alden “suapin dong” Pinta Victor “dihh manja banget si” Ujar Alden “tangan aku capek loh abis nyetir” Alden mendengus mendengar rengekan Victor.

“Orang deket ko, jalan kaki malah tadinya lebih deket tau”

Victor hanya terkekeh kecil, ternyata Alden baru menyadari jarak taman dengan hotel Alden tidak sejauh itu.

“Yaudah suapin dong sayang” Alden akhirnya menuruti kemauan Victor, ia mengambil satu potong pizza kemudian memasukkan nya kedalam mulut Victor. “Gimana, enak gak?” Victor mengangguk “jadi enak kalau di suapin kamu.. Suapin lagi dong”

“Manja, kaya bayi”

“Iyakan aku big baby nya kamu, sayang.”