Senja Dan Kita.
Pantulan bola basket yang ia mainkan bergema ke seluruh sekolah, mungkin karna waktu pembelajaran sudah selesai dua jam lalu.
Tapi hal itu tidak membuat seorang River bergerak untuk kembali kerumahnya.
Pemuda itu memilih untuk bermain bola oranye entah dengan tujuan apa.
Mengabaikan baju dalamannya yang sudah basah kuyup oleh keringat dan rambut hitam nya yang berubah lepek.
Tapi sepertinya kegiatan River cukup menarik perhatian seseorang lainnya.
“Bisa main basket juga ternyata si River” Celetuk Satria, yang berdiri disebelah Julian.
“River?” Tanya Julian.
Satria mengangguk, “iya itu yang di lapangan si River kan” Ujuk Satria dengan dagu nya.
Julian mempertajam pandangannya kearah lapangan.
Dan ternyata benar di sana terdapat River yang sedang bermain basket sendirian.
‘Temenin’
Julian geleng-geleng kepala saat mendengar isi kepalanya yang tidak jelas itu.
Tanpa sadar langkah kaki Julian terhenti untuk memperhatikan permainan River.
“Widih jago juga dia three point nya” Ucap Satria kembali “gue jadi percaya dia kemarin ngalahin lo” Satria menatap Julian “masih jagoan gue” Sahut Julian.
“Lo tau kan track record gue gimana?” Satria mengangguk “kemarin gue lagi ga fokus aja” Tambah Julian sebelum Satria kembali menyela.
Disaat keduanya sedang memperhatikan River. Tiba-tiba saja manik mata mereka bertemu.
River menatap kearahnya.
Dan entah kenapa hal itu membuat Julian ingin pergi, cukup gengsi karna ketahuan memperhatikan River.
Namun belum sempat Julian dan Satria pergi sebuah suara berhasil menghentikan keduanya.
“Woy Ijul!” Seru River.
Julian menoleh ke arah lapangan.
River tampak berlari mengambil tas gendong nya dan kemudian menghampiri Julian.
Nafas pemuda itu bergemuruh.
“Akhirnya lo keluar juga Jul” Penuturan River membuat satu alis Julian terangkat “kenapa?” Tanya Julian.
“Nih baju olahraga lo” River mengeluarkan baju olahraga yang kemarin Julian pinjamkan kepadanya
“Thanks Jul” River tersenyum.
Mata Julian berkedip beberapa kali, memproses segala hal saat ini.
River melirik pemuda di sebelah Julian, “Satria kan?” Tanya River.
Satria mengangguk, “thanks Sat udah minjem in baju olahraga buat gue”
Mulut Satria terbuka, pemuda itu melirik kearah Julian.
Satria mengambil baju olahraga dari tangan River.
“Santai Ver”
River mengangguk, “gue balik duluan ya” River menepuk pundak Julian.
“Hati-hati Ver” Tutur Satria.
Julian berbalik untuk melihat punggung River yang kian menjauh
“Jul”
Julian melirik Satria, Julian paham tatapan Satria.
Julian bergerak mengambil baju olahraga dari tangan Satria.
“Punya gue, punya lo besok gue balikin”
Belum sempat Satria menjawab, Julian sudah pamit lebih dahulu, meninggalkan Satria.
“River”
Seruan tersebut berhasil membuat River menoleh ke belakang.
Sosok Julian tampak mendekat kearah dirinya.
Nafas Julian terlihat tidak teratur, menandakan bahwa pemuda itu habis berlari entah darimana.
“Wey, kenapa lo?” Tanya River
“Lo— lo balik” Suara Julian putus-putus.
River memegang lengan Julian, “santai dulu Jul, nafas” Pandangan River tertuju pada Julian.
Setelah beberapa menit berlalu dan nafas Julian sudah kembali normal.
“Ri” Panggil Julian
“Motor lo masih di bengkel kan?”
River mengangguk, “lo balik sama siapa?” Tanya Julian kembali “sama si Jericho paling”
“Sama gue” Sahut Julian.
“Maksud gue kalau lo balik sama gue kita bisa sekalian ambil motor lo di bengkel.”