Senja Kala Itu.
Warna oranye yang menghiasi langit sore hari ini membuat Julian teringat tentang waktu yang akan semakin larut.
Maka ia sebagai pemimpin rapat hari ini memutuskan untuk menyudahi diskusi mereka.
“Kita akhiri rapat hari ini, Gue harap setiap divisi di sini paham apa aja tugas mereka di event kita kali ini”
“Buat notulen juga jangan lupa hasil rapat di kirim di grup besar biar semua bisa tau apa aja yang kita bahas hari ini” Pandangan nya bertemu dengan Mika, si sekertaris umum periode saat ini.
Semua mengangguk paham.
“Oke kalau gitu rapat hari ini gue akhiri” Lanjut Julian “makasih atas kehadiran nya”
Lingkaran besar itu seketika pecah, para anggota Osis mulai berhamburan keluar untuk pulang ke rumah masing-masing.
Mungkin saat ini hanya tersisa beberapa orang saja yang rata-rata adalah BPH Osis.
“Eh duluan ya gue ada jadwal les hari ini” Dania izin undur diri lebih dahulu “hati-hati Dan,” Ujar Julian.
Dania mengangguk “dadah semuanya!” Julian dan teman-temannya melambaikan tangan kearah Dania.
“Lo pulang bareng sama siapa Mik?” Suara Theo sedikit mengambil atensi Julian,
Mika melirik kearah nya, “Jul lo bawa motor kan?” Tepukan Haikal berhasil membuat tatapan keduanya terputus.
Julian mengangguk “bareng kalau gitu lah” Tutur Haikal
“Mau bareng sama gue gak Mik?” Tanya Theo kembali, Mika mengangguk “boleh deh kebetulan gue lagi hemat ongkos” Sahut Mika.
“Eh kunci ruangan biar gue yang pegang aja, lo duluan sana” Celetuk Satria.
“Ya udah ayok Mik balik” Ajak Theo, Mika mengangguk “duluan ya semuanya” Ucap Mika.
“Duluan ges” Sambung Theo.
“Hati-hati lo The, di anterin sampe rumah si Mika jangan lo bawa mampir kemana-mana” Gurau Haikal.
“Iya elah, santai aja gue kan masih takut sama Julian” Theo memberikan lirikan menggoda kearahnya, Julian geleng-geleng kepala.
“Duluan Jul”
Julian mengangguk, “hati-hati The”
Setelah kepergian Theo dan Mika, Haikal mengajak Julian untuk turun ke parkiran di susul juga oleh Satria yang berjalan di belakang mereka.
“Anjir sekolah udah sepi banget kalau sore begini” Celetuk Haikal saat melihat kondisi sekolah yang biasanya ramai menjadi kosong “kalau malem serem banget kali ya” Lanjut pemuda itu, Julian terkekeh “kenapa? Lo takut?”
“Takut mah enggak cuma ogah aja kesini malem-malem”
“Ya ngapain juga lo kesini malem-malem tolol” Sahut Satria dari belakang.
Percakapan tidak berfaedah itu terus berlanjut hingga mereka sampai di parkiran sekolah.
Ketiga pemuda itu langsung menaiki motor masing-masing dan bersiap untuk pergi.
Julian yang pertama kali keluar dari sekolah di susul oleh dua orang lainnya.
Tapi baru beberapa meter keluar dari sekolah pandangan Julian berhasil di curi oleh seseorang di pinggir jalan, yang terlihat sedang sibuk dengan sebuah motor Ninja berwarna merah.
Laju Julian melambat, membuat kedua orang lainnya melakukan hal yang sama.
“Kenapa Jul?” Tanya Satria sembari membuka visor helm nya “kalian duluan aja” Suruh Julian.
Haikal mengerutkan dahinya, “gue ada urusan sama temen” Setelah mendengar penjelasan tersebut keduanya tampak paham dan pergi meninggalkan Julian.
Julian kemudian memberhentikan motornya di depan orang yang berseragam sama dengannya.
Orang tersebut tampak penasaran saat melihat kehadiran Julian,
Sampai akhirnya Julian membuka penutup kepalanya dan terlihat wajah nya.
Pandangan keduanya bertemu, Julian bisa melihat River tampak tidak suka dengan kehadiran nya.
“Motor lo kenapa?” Julian membuka suara lebih dahulu “ngapain lo disini?” River malah balik bertanya
“Kalau orang nanya tuh di jawab,” Julian turun dari motornya dan berdiri di sebelah River.
“Ban gue bocor”
Julian mengernyit, “kok bisa?” River mengangkat kedua bahu nya “ga tau, ada yang iseng kali” Jawaban River membuat Julian bingung.
“Siapa yang iseng in lo?”
Lagi-lagi River mengangkat bahu nya “kenapa juga lo kepikiran ada yang nge iseng in lo? Siapa tau aja kena paku di jalan” River terkekeh mendengar penuturan Julian.
River memilih bangkit berdiri, membuat tinggi mereka sejajar.
“Lo gak tau apa-apa Jul, mending lo diem”
Perkataan River cukup membuat Julian kesal.
“Gue ketua Osis, gue tau semuanya”
Pandangan keduanya bertemu, River mendengus “yakin? Emang lo tau sama anak anak yang sering isengin gue sama temen-temen gue?”
Julian diam, membisu.
‘Tidak’
Julian tidak mengetahui nya.
“Ada yang gak suka sama lo Ri?” Pertanyaan itu spontan keluar dari mulut Julian “siapa?”
“Semua orang gak suka sama gue Jul, lo bego atau gimana dah?”
River terkekeh.
Julian mengedipkan matanya beberapa kali, memproses semua informasi yang baru saja ia dapatkan.
“Dari kapan? Kenapa lo gak lapor ke Bk atau kasih tau gue? Kenapa lo diam aja?”
“Emang gue bisa apa bangsat?!” River mendorong bahu Julian “emang kalau gue ngadu ke Bk dia bakal percaya sama gue? Kaga tolol!”
“Jadi mending lo diem”
Julian kembali mematung.
Kemudian Julian mengacak-acak rambutnya sendiri, River mengerutkan dahi nya.
“Lo udah panggil montir?” Tanya Julian, River mengangguk “udah cuma gue tunggu dari lima belas menit lalu gada yang dateng”
“Coba gue telepon montir langganan gue” Timpal Julian.
Belum sempat River menolak panggilan Julian sudah terhubung dengan seorang montir.
Setelah telepon itu selesai Julian menatap River kembali, “sepuluh menit lagi montir nya dateng” Tutur Julian.
River hanya diam, tidak berniat untuk menjawab.
Julian kemudian melihat langit yang mulai menggelap dan tiba-tiba saja ada gemuruh di langit.
River pun jadi melihat ke arah langit.
“Mending kita cabut sebelum kehujanan” Saran Julian “motor lo tinggal aja orang bengkel nya udah mau nyampe kok”
Julian bergerak menaiki motornya kembali.
“Ayok” Ajak Julian.
River mengernyit, “siapa yang bilang gue mau bareng sama lo?” Julian mengerling “lo mau kehujanan sendiri kaya orang tolol?” Tanya Julian.
“Ya gak mau”
“Ya udah naik” Sahut Julian, “gue bisa pulang naik gocar.” River mengeluarkan ponsel nya.
“Ah bangsat segala habis baterai lagi”
Sudut bibir Julian tertarik, “jadi gimana? Masih kekeh mau pulang sendiri?” Tanya Julian “gue kasih tau aja jalanan macet kalau lagi hujan”
River diam sejenak, pemuda itu sedang menimang nimang akan memilih keputusan apa.
Julian geleng-geleng kepala “ayok River, keburu hujan”
River mendengus kemudian mengambil helm milik nya dan berjalan menaiki jok penumpang motor Julian
Senyuman kemenangan terpantri di wajah Julian.
“Pegangan gue mau ngebut” Ujar Julian.
“Mauan” Sinis River “gue gak tanggung jawab kalau lo jatoh ya”
River mendengus kemudian tangannya di taruh di kedua bahu Julian.
“Cepetan Jalan”
Julian melirik sekilas River dari kaca spion nya.
Kemudian Julian membawa Ninja hitam nya melaju dengan cepat.