Sweetie
Alden sudah menganti pakaiannya, kemeja transparan nya sudah berganti kembali dengan t-shirt oversize berwarna putih dengan logo salah satu band kepunyaan Amerika Serikat, Nirvana.
Celana panjang nya juga sudah di ganti dengan jeans biru pendek, sengaja, ia tidak mungkin mengenakan celana panjang di musim panas seperti ini. Walaupun tidak sedang berada di acara terkemuka Alden masih memperhatikan penampilannya. Selain karena ia memang suka tetapi lebih dari itu banyak paparazi yang bisa kapan saja memotret keberadaan nya.
Dan Alden hanya tidak suka mereka memotret Alden dengan penampilan yang tidak baik.
Setelah meminta izin kepada para sahabatnya lebih tepatnya hanya kepada sang manajer, Alden bergerak pergi meninggalkan lokasi pemotretan. Pemuda itu tidak perlu berpamitan kepada siapapun karena nyatanya tidak ada siapapun di lokasi, termasuk sang photograper. Alden tidak tahu kemana perginya sang photograper karena sejak Alden keluar dari ruang ganti pemuda itu sudah menghilang, bagai tidak pernah hadir di kehidupannya. Alden juga tidak ambil pusing karena ia memiliki tujuan yang lebih penting saat ini, mencari macaron kesukaannya.
Hampir sepuluh menit lebih dirinya berjalan di sepanjang pertokoan dan restoran Paris. Ia merasa tidak apa-apa untuk berjalan lebih lama jika di suguhkan pemandangan indah seperti ini. Bagaimana dirinya suka dengan konsep classic yang setiap toko berikan, rasa rasanya ia jarang sekali melihat seperti ini di Jakarta. Jadi ia sedikit bersyukur bisa berada di Paris pada hari ini.
Netra nya tiba-tiba dibuat fokus ke arah suatu toko makanan, dirinya melihat makanan yang ia cari sedari tadi. Macaron, makanan itu terpajang cantik di dalam satu etalase bening, tidak memerlukan waktu lama bagi Alden untuk berfikir, dirinya langsung masuk kedalam toko tersebut.
Cling!
Pintu terbuka seiring dengan masuknya Alden kedalam toko, aroma roti dan kopi bercampur satu masuk kedalam indra penciuman nya, Alden suka dengan aroma tersebut, dirinya juga suka dengan konsep toko ini. Warna putih dan cream yang paling menonjol dari tempat ini. Cahaya matahari dari luar masuk kedalam, menyinari cafe tersebut.
Kakinya dibawa mendekat kearah etalase yang di isi dengan berbagai kudapan manis, “Bonjour” seorang perempuan cantik berkebangsaan France menatap kearahnya, perempuan itu tersenyum “Bonjour, Puis-je vous aider?” Alden terdiam kikuk, jujur ia tidak mengetahui banyak tentang bahasa France selain 'Bonjour'.
Mampus gua gak ngerti dia ngomong apa ucapnya dalam hati. Alden tersenyum saat perempuan itu masih menatap nya dengan lekat, seakan-akan menunggu dirinya untuk menjawab pertanyaan perempuan itu
nyesel gua gaya gayaan ngomong France tadi ia benar-benar menyesal sekarang, ide yang dikira baik malah berujung menyusahkan dirinya sendiri.
“Dia nanya ke kamu, ada yang bisa dia bantu gak”
Suara itu berhasil menyadarkan Alden dari dalam dunia nya sendiri. Alden semakin terkejut saat melihat siapa yang berada di sebelahnya, “Victor” Pemuda itu mengangkat alis nya “mau pesan apa? ” Victor menatap nya dengan lekat
“Aku? “
Victor mengangguk “iya emang siapa lagi yang ada di sini selain kamu? ” Alden tersenyum kikuk, Victor benar, Alden baru sadar ia mempermalukan dirinya di hadapan pemuda itu.
“Emm aku mau macaron sama rainbow cake.. “
Mata Alden terlihat masih mengitari etalase tersebut, seperti belum selesai dengan pesanannya “sama strawberry cake” Ucapnya kembali “udah? ” Alden mengangguk dengan cepat.
“J'ai commandé un macaron, un gâteau arc-en-ciel et un gâteau aux fraises”
Sungguh Alden tidak mengerti apa yang Victor dan perempuan itu bicarakan, ia hanya diam dan memperhatikan percakapan mereka.
“d'autres commandes?”
“un café américain et un latte”
Alden bisa melihat Victor mengambil beberapa lembar uang dari dompet nya “ehh jangan, aku bayar sendiri aja” Alden tidak bisa menambah beban Victor, pemuda itu menoleh kearahnya “gak papa, biar aku aja” Katanya “gak usah, aku gak enak jadinya sama kamu” Alden masih kekeh dengan kemauannya “enakin kalau gitu” Alden tidak sempat membalas perkataan pemuda itu karena Victor sudah memberikan beberapa lembaran uang kepada penjaga toko.
“Ini” Victor memberikan satu kotak macaron kepada Alden beserta dengan kedua kue nya, Alden sedikit bingung karena Victor masih menatap dirinya “kenapa? ” Tanyanya “ini” Victor mengangkat satu cup minuman di tangan nya “aku gak mesen ini” Victor mengangguk “buat kamu, aku beliin” Perkataan Victor sukses membuat Alden terkejut. Ia ingin menolak tetapi tidak enak rasanya, berakhir Alden mengambilkan satu cup latte tersebut.
“Kamu ada urusan setelah ini? ” Alden menggelengkan kepalanya “di sana kosong, duduk yuk” Alden ingin menolak tetapi Victor sudah berjalan lebih dahulu tanpa menunggu jawabannya. Alden akhirnya duduk berhadapan dengan Victor, ia tersenyum saat netra mereka saling bertemu.
Kecanggungan menyelimuti keduanya. Baik Alden atau Victor tidak ada yang ingin memulai pembicaraan, Alden memilih fokus dengan macaron nya. Ia buka kotak tersebut dan tanpa sadar senyum berseri menghiasi wajahnya.
Alden tidak sadar bahwa Victor memperhatikan dirinya sedari tadi, memperhatikan bagaimana excited nya Alden memakan kue kering dengan warna yang beragama itu. Victor mengigit pipi bagian dalamnya, pemuda itu menahan gemas atas semua tingkah Alden.
Cute
“Victor! “
Victor tersentak “iya kenapa? ” Alden menyatukan kedua alisnya “kamu yang kenapa, aku ajak ngomong gak jawab” Kata Alden “sorry tadi gak fokus, kamu nanya apa? “ Victor merubah arah pembicaraan secepat mungkin “itu, aku mau minta maaf soal masalah tadi pagi” Victor mengangguk anggukan kepalanya “santai aja aku udah maafin” Ucap Victor
“Serius? “
“Aku gak enak hati soalnya sama kamu, mana tadi kamu traktir aku. “
Victor hanya tersenyum melihat ekspresi sedih pemuda itu “santai aja, aku udah maafin kamu dibilang” Victor berusaha menenangkan pemuda itu “tetep aja gak enak kamu udah traktir aku” Alden memang tipe orang yang tidak bisa berutang budi kepada orang lain “terus mau nya gimana?” Victor mulai bingung dengan Alden.
“Gini aja deh kamu boleh minta satu permintaan kek aku”
“Masa gitu” Jawaban Victor seperti tidak setuju dengan ide Alden “ishh iyain aja gitu biar hatiku tenang” Entah sejak kapan sifat memaksa Alden mulai keluar. “Yaudah iya aku setuju” Alden tersenyum senang saat mendengar penuturan Victor.
“Nah kalau gitu kamu sekarang boleh minta satu permintaan kek aku, apa aja aku turutin”
“Apa aja? ” Victor memastikan perkataan pemuda itu, Alden mengangguk “iya apa aja tapi jangan susah susah”
Victor mengangguk kemudian membuat pose seperti orang sedang berfikir, Alden menunggu dengan sabar sembari meneguk satu cup latte pemberian Victor.
“Gimana? “
Suara Alden berhasil mengambil atensi “emm” Alden menghela nafas, “boleh aku simpan dulu gak? ” Ekspresi si model terlihat kebingungan “maksudnya? ” Tanya Alden, yang terlihat tidak mengerti itu, “aku sekarang belum kepikiran mau apa, nanti aja gimana? “
Alden mendengus malas “yaudah gak papa deh” Alden sebenarnya ingin masalah balas budi ini cepat selesai tapi pemuda di hadapannya terlihat benar-benar tidak ada ide sama sekali.
Setelahnya keheningan kembali menyelimuti mereka, Alden masih sibuk dengan macaron nya sedangkan Victor mulai menikmati bagaimana rasa kopi americano memanjakan mulutnya.
“Kamu suka banget manis den? ” Entah kenapa Victor menjadi pribadi yang sangat kepo saat ini “suka, suka banget” Jawab Alden dengan mulut yang masih terisi penuh oleh satu buah makanan.
Victor tersenyum kecil melihat bagaimana lucunya pipi Alden mengembang “kamu abisin itu semua? ” Victor menunjuk dua buah kue di dalam kotak transparan.
Alden menggeleng “itu buat Noni sama Machel” Bantah Alden “oh kirain buat kamu semua” Rupanya asumsi Victor salah “ya kali, aku gak se rakus itu woi” Alden merasa tidak terima dengan pendapat Victor
“Haha, sorry kan aku kira” Alden hanya mengangguk acuh.
“Emm kamu gak mau vic? “
“Vic? “
“Ehh sorry Victor maksudnya” Alden tidak enak hati karena dengan lancang memanggil Victor sesuka hatinya “gak usah minta maaf, it's okey you can call me whatever you want“
“Seriously? “ Victor mengangguk, “Repeat you question” Ucap pemuda itu
Alden mengangguk “kamu gak mau vic? ” Alden mengangkat satu kotak berisi macaron, gelengan dari Victor membuat Alden mendengus.
ngapain disuruh ulang kalau gak mau, orang aneh ia hanya bisa memaki Victor di dalam hati, tidak mungkin ia membiarkan pertanyaan itu lolos ke luar.
“Awas nyesel, enak banget loh ini mana manis nya pas” Kata Alden “Aku juga dari tadi udah ngerasain manis” Alden mengernyit bingung, pemuda itu hanya meminum kopi americano yang jelas tidak ada rasa manis nya. “Hah? Ngerasain manis darimana? “
“Dari kamu”
Alden terdiam, pemuda itu ngeblank selama beberapa saat. Matanya berkedip selama beberapa kali “maksudnya gimana? “
“Aku udah kenyang ngeliatin muka mu. “