Teater Mickey

Setelah memberi kabar kepada teman-temannya Alden langsung menutup ponselnya kembali, “kenapa senyum gitu?” Victor tampak bingung dengan ekspresi Alden saat ini, Alden menggeleng “gapapa, lucu aja si Ray bilang tampang kamu kaya penculik” Victor mendengus “mana ada penculik se ganteng aku” Alden mendengus “pede nya keluar deh” Victor tertawa sembari mengusap lembut rambut kekasihnya.

Saat ini gantian Alden yang bingung dengan mimik wajah Victor, “sekarang kamu yang kenapa?” Victor mengangkat alisnya, memberi arti bahwa ia belum paham dengan maksud Alden. “Itu kenapa senyum-senyum sendiri, udah gak waras?”

“Iya kayaknya aku liat muka lucu kamu aja rasanya hampir gila”

“Oh beneran gak waras ternyata” Sindir Alden, Victor hanya tersenyum tidak berniat membalas, pemuda itu malah menaruh tangannya di bahu Alden. Merangkul posesif bahu kekasihnya. Victor mendekatkan bibirnya ke telinga Alden “jangan lucu-lucu makanya, biar aku tetep waras” Bisikan itu membuat pipi Alden memerah dengan sendirinya.

“Ciee pipinya merah” Ledek Victor “diem gak.. Tuh dramanya udah di mulai” Alden menunjuk panggung yang jauh di depan sana. Sengaja untuk merubah topik pembicaraan. Victor hanya terkekeh melihat pemuda itu salah tingkah, walaupun Alden ada benarnya, lampu di dalam ruang teater sudah di matikan, pertanda bahwa drama musikal ini akan segera di mulai.

Lampu-lampu besar di hadapkan kearah panggung, membuat seluruh mata penonton tertuju kepada panggung kayu besar dengan background hitam di belakangnya.

Saut-saut Victor mulai mendengar lagu-lagu nyanyian Disney yang lama kelamaan menjadi lebih besar. Victor melirik Alden sekilas, walaupun cahaya di ruangan ini meredup tetapi Victor masih bisa melihat senyum merekah Alden, Victor tebak pasti pemuda itu begitu menyukai momentum ini.

Victor kembali mengarahkan perhatian nya keatas panggung, disana sudah ada karakter legendaris Disney, yaitu Mickey.

“Bonjour... Je m’appelle Mickey!” Tikus hitam dengan celana merah itu menyapa seluruh penggemarnya.

“Holla, Mickey!” Victor melirik Alden yang membalas sapaan karakter itu cukup semangat, Victor terkekeh, menurut nya Alden sangat lucu saat ini, seperti anak kecil yang dibawa oleh orang tua nya masuk kedalam dunia kartun. Victor akan diam, ia tidak mau menganggu kesenangan Alden selama beberapa saat.

Setelah menyapa para penggemarnya, Mickey perlahan menghilang dari atas panggung tetapi itu tidak membuat para penonton kecewa melainkan bertambah semangat menunggu adegan selanjutnya.

Adegan di buka dengan masuknya Tinkerbell keatas panggung, peri cantik yang di identik dengan warna hijau itu menghiasi langit-langit dengan binatang nya. Kemudian suara Mickey kembali mengambil perhatian penonton, di dalam cerita Mickey, si tikus kecil yang terobsesi ingin menjadi pesulap hebat tersebut di beri tugas untuk membersihkan altar sebelum matahari terbit.

Tetapi di dalam tugasnya, magician itu cukup penasaran dengan karpet bulat di tengah altar yang begitu cantik, Mickey berjalan mendekati karpet tersebut kemudian berdiri di tengah karpet dan tiba-tiba saja karpet itu mengeluarkan banyak sekali sprinkle.

Alden membuka mulutnya, ia begitu kagum dengan keindahan di hadapannya. Dan seketika tongkat ajaibnya Mickey berfungsi. Setelah dialog panjang yang cukup alot, Alden paham bahwa ternyata Mickey masuk kedalam dunia fantasi milik Disney.

Petualangan Mickey terus berlanjut, Alden fokus dengan cerita di hadapannya. Pertunjukan itu di lanjut dengan munculnya Cinderella, Beauty and the Beast, hingga Aladdin tokoh kartun dari timur tengah hadir di dalam panggung.

Drama ilusi itu klimaks dengan kehadiran Elsa, si ratu es yang menyanyikan lagu favorit semua orang yaitu ‘Le it go'.

Victor dan Alden pun dengan sama-sama ikut menyanyikan tiap bait lagu. Suara berat mereka menyatu dengan suara kecil anak-anak.

Tidak terasa waktu berlalu dengan cepat, Alden dan Victor sudah melalui satu jam itu dengan menonton pertunjukan yang begitu indah.

Keduanya berjalan keluar setelah lampu ruangan kembali menyala. Sepanjang perjalanan keluar Alden tidak berhenti berbicara mengenai pertunjukan tadi, pemuda itu menjelaskan berapa kagumnya ia dengan pertunjukan yang di suguhkan oleh Disney. Victor yang memang dasar nya pendengar yang baik, dengan sabar mendengar celotehan Alden.

Dalam hal seperti ini Victor sangat suka wajah ekspresif kekasihnya, pemuda itu menceritakan setiap kaya dengan berbagai ekspresi lucu.

Victor sampai gemas sendiri melihat nya “ihh sakit!” Keluh Alden saat hidungnya di cubit oleh Victor “kamu kenapa si nyubit nyubit” Alden mendengus “kamu gemes banget, aku gak kuat” Jawab Victor.

“Ya gak usah nyubit nyubit juga, nanti idung aku panjang salah kamu ya” Victor tertawa “kebanyakan nonton Pinocchio kamu tuh” Ledek Victor “enak aja, gak usah pegang-pegang” Alden menepis tangan Victor dari rambutnya. Berjalan mendahului Victor begitu saja.

“Alden, tunggu!” Victor berjalan cepat untuk mengejar Alden.