Train

Tepat pukul tujuh pagi waktu Paris. Alden, Machel dan Noni sampai di Gare de Lyon. Salah satu stasiun kota api di Paris, France.

“Halo guys!” Suara Shearen mencuri perhatian ketiganya “halo ren” Noni yang paling semangat menjawab “halo guys” Sapa Ray, ternyata Shearen datang bersama pemuda itu “temen lo mana Ray?” Tanya Machel “Siapa, Victor?” Ray malah balik bertanya “iyalah kan gua cuma tau satu doang temen lo” Ujar Machel “dia lagi beli Starbucks di depan stasiun” Alden sebenarnya tidak ingin tau keberadaan Victor tetapi perbincangan Machel dan Ray terdengar oleh gendang telinganya.

Tidak lama kemudian Alden melihat satu sosok pemuda tangguh, yang cukup mencolok karena memiliki postur tubuh cukup tinggi daripada yang lainnya sedang berjalan kearahnya. Kaki panjang pemuda itu berjalan pasti menuju nya.

“Halo semua, sorry gua kelamaan ya?” Victor terlihat tidak enak hati karena membuat banyak orang menunggu nya, Shearen menggeleng “gapapa santai aja tor” Ucap perempuan itu. “Ehh by the way kereta kita berangkat jam berapa ren?” Tanya Noni “jam tujuh empat puluh non” Alden hanya mendengarkan perbincangan teman-temannya. Diam-diam matanya mencuri pandang kearah Victor, memperhatikan bagaimana tampannya pemuda itu dengan t-shirt biru dan jeans hitamnya. Terlihat sangat simple tetapi sudah cukup memanah hati Alden.

Alden juga melihat pemuda itu hanya membawa dua ransel besar yang Alden duga sebagian besar isinya adalah perlengkapan pemotretan.

Sial. Victor mengetahui bahwa dirinya sedaritadi memperhatikan pemuda tersebut, buru-buru Alden mengalihkan pandangannya kearah lain. Victor sendiri hanya tersenyum melihat tingkah Alden, menurutnya ekspresi malu Alden sangat lucu.

Alden sendiri mencoba untuk masuk kedalam perbincangan teman-temannya yang lain, tidak mau sedikit pun melakukan eye contact dengan Victor karena dirinya masih malu.

Tanpa sadar waktu terus berjalan, hingga suara pemberitahuan mengalihkan fokus mereka semua.

Attention please, In few minutes, BFs Willis will depart from Paris to Annecy. This train will stop at: Lyon Part Dieu, Gare d'Annecy, Thank you.

Attention, dans quelques minutes, BFs Willis partira de Paris pour Annecy. Ce train s'arrêtera à : Lyon Part Dieu, Gare d'Annecy, Merci.

Pemberitahuan tersebut membuat keenam orang itu bergegas menuju pintu kedatangan kereta mereka. Alden berjalan cukup cepat, pemuda itu menarik satu koper yang berisi keperluannya selama di Annecy.

- – -

Alden langsung mengambil tempat duduk di dekat jendela, sengaja agar bisa melihat berbagai pemandangan indah. Ia mulai mengeluarkan ponsel miliknya, berniat mengisi waktu kosong sebelum keberangkatan. Tetapi tiba-tiba satu suara menginterupsi nya.

Excuse me” Alden menoleh ke samping, ia sedikit terkejut saat melihat siapa seseorang di hadapan nya saat ini “aku boleh duduk di sini?” Sebenarnya Alden ingin menolak, ia masih malu atas kejadian beberapa waktu lalu “yang lain udah penuh” Ujar Victor, Alden memang melihat teman teman-temannya yang lain sudah berpasangan dan tinggal dirinya yang belum. Ia menghela nafas sejenak “boleh, duduk aja”

Setelah mendengar jawaban Alden Victor langsung duduk di sebelah pemuda itu.

Sesudah melakukan pengecekan tiket Alden baru saja menyadari bahwasanya bangku nya dan milik Victor memang dipesan bersebelahan. Alden sempat melihat wajah Victor selama beberapa saat, pemuda itu terlihat cuek, dsn fokus dengan ponsel nya. Alden bisa bernafas lega, karena artinya Victor tidak akan membahas hal memalukan beberapa waktu lalu.

Kereta mulai berjalan, dan perjalanan di mulai, Alden memilih mengisi waktu perjalanan dengan membaca buku, satu menit menjadi belasan menit hingga puluhan menit.

“Kamu baca buku Harry Potter juga?” Suara Victor memecah fokus Alden, ia menoleh kearah Victor, kemudian mengangguk “kamu suka juga?” Victor mengangguk “seneng deh kalau bisa ketemu sesama Potterhead” Ucap Alden dengan raut yang bergembira. “What’s your house?” Tanya Victor “Gryffindor” Jawab Alden “oww, the litte lion?” Goda Victor, Alden tertawa “kalau kamu?” Tanyanya “guess” Perintah Victor. Alden terdiam sejenak, mengamati wajah Victor sembari menebak house pemuda tersebut. “I guess you’re Ravenclaw or.. Slytherin”

“Haha kok bisa tau aku Slytherin” tawa Victor sedikit membuat Alden terpesona, “tau dong, muka kamu serem soalnya kaya Voldy” Celetuk Alden “asu aku di samain sama si botak” Alden tertawa saat mendengar ucapan Victor di akhir.

“Oh ya character yang paling kamu suka di Harry Potter siapa den?”

“Neville Longbottom” Jawab Alden dengan semangat “really, why?” Tanya Victor “dia tuh pemberani banget loh vic, yeah maybe di awal masuk Hogwarts he’s like loser, but kamu liat di akhir bahkan dia jadi salah satu yang paling berani ngelawan death eater

“Oh iya, dia juga pernah kan jadi pemimpin Dumbledore Army, do you remember it?” Victor mengangguk “I remember, tapi aku kaget aja aku kira kamu bakal suka Harry or Hermonie” Asumsi Victor, Alden menggeleng “I like they're but I love Neville more.” Kata Alden.

“Kalau disuruh milih kamu lebih suka Neville atau aku?” Victor mendekatkan wajahnya kepada Alden

Alden terdiam, ia tidak tahu kenapa Victor harus mempertanyakan hal itu.

“Dih kepo”

“Loh gak boleh gitu harus jawab dong”

Alden tidak menghiraukan perkataan Victor, ia memilih kembali fokus kepada buku di genggamnya. Sembari mencoba menenangkan jantungnya yang berdetak dengan cepat.

Victor hanya geleng-geleng kepala, ia membiarkan Alden kembali fokus dengan bacaannya. Ia sendiri memilih untuk memejamkan matanya karena rasa kantuk yang tiba-tiba menyerangnya.

Waktu terus berlalu, Victor terbangun karena merasakan bahunya sedikit terasa berat. Dan saat pertama kali membuka mata yang ia lihat adalah pemandangan indah. Alden sedang tertidur di bahu nya.

Pemuda itu terlihat sangat nyenyak tertidur, sampai tidak sadar bahwasanya ia tidur di bahu Victor.

Victor tersenyum, Ia terpesona dengan wajah tidur Alden, terlihat sangat menggemaskan. Bibir tebal itu mempout dan mata bulatnya terpejam hingga Victor bisa melihat dengan jelas bulu mata lentik milik Alden. Kacamata bergaya owl entah sejak kapan sudah bertengger di hidung Alden. Itu hanya membuat Alden semakin terlihat menggemaskan di mata Victor.

Oh God, I think I’m falling in love to him.