V&A
Victor membawa Alden menuju salah satu restaurant terbaik di France. Rencana nya memang mereka akan melakukan makan malam bersama.
Victor membawa tangan Alden masuk kedalam restaurant bergaya classic fancy yang memang cocok di jadikan sebagai tempat makan malam romantis bersama pasangan
Setelah Victor berbicara dengan pelayan penerima tamu. Keduanya di bawa menuju lantai dua melalui tangga cantik yang memberi nuansa klasik seperti konsep restaurant ini.
Alden bersyukur ia sempat bertanya kepada Victor tempat apa yang mereka akan kunjungi.
Kalau tidak mungkin saat ini Alden tidak mengenakan kemeja putih dengan celana bahan hitam dan sepatu prada cloudbust berwarna hitam ini.
Sedangkan Victor sendiri senang melihat bagaimana cerdas kekasih nya dalam memilih pakaian. Tidak salah memang mengencani seorang model.
Victor sendiri menggunakan penampilan yang sangat menawan, kemeja hitam dengan celana kain bermotif gingham warna hitam dan abu-abu, Victor tidak lupa menggunakan belt hitam dengan logo Louis Vuitton untuk memperindah pinggangnya.
Sepatu loafers Victor berbunyi seiring dengan kemana perginya pemuda itu.
Akhirnya sang pelayan membawa mereka kepada satu meja bulat, dengan dua kursi yang saling berhadapan. Tampak ada satu vas bunga kecil di tengah meja. Yang bertujuan untuk mempercantik meja tersebut.
Alden duduk di hadapan Victor, setelah selesai memilih beberapa makanan dan sang pelayan yang sudah pergi dari meja mereka tidak membuat senyuman keduanya luntur.
“Gimana, kamu suka gak tempat nya?” Alden mengangguk “suka banget, makasih ya coco udah bawa aku kesini” Victor tersenyum “sama-sama sayangku” Victor mengusap lembut punggung tangan Alden.
“Mau Wine?”
“Boleh”
Kemudian Victor mulai menuangkan red wine kedalam gelas kaca milik Alden.
“Cheers?” Victor mengangkat gelasnya menjadi sejajar dengan milik Alden “cheers” Ucap Alden.
Kemudian kesunyian menyelimuti mereka selama beberapa saat, keduanya asik menikmati rasa pekat dari red wine di dalam tenggorokan.
“Oh iya coco”
“Kenapa den?” Tanya Victor dengan cukup penasaran “makasih ya kamu udah ngajak aku jalan-jalan ke banyak tempat di Paris” Ungkap Alden dengan penuh ketulusan. “iya sama-sama den, sebenarnya gak perlu bilang makasih juga kan aku yang minta kamu buat habisin waktu sama aku” Balas Victor.
“Iya tapi aku mau berterimakasih aja, soalnya kamu buat Paris jadi indah di dalam ingatan aku”
Victor mengangguk, “kalau gitu aku mau nanya sama kamu” Alden menatap Victor, matanya tanpa sadar fokus kepada otot-otot bisep yang tercetak jelas karena kemaja Victor yang cukup ketat.
“Kamu mau nanya apa?” Ujar Alden “dari semua tempat yang kita datengin apa yang paling berkesan di ingatan kamu?” Pertanyaan Victor membuat Alden terdiam sejenak.
“Apa ya..” Alden membuat pose seperti sedang berfikir, Victor dengan sabar menunggu sembari sesekali menyesap minuman di gelasnya.
“Sebenernya semua nya berkesan buat aku tapi kayanya kalau yang paling banget tuh yang di Eiffel deh” Ungkap Alden “kenapa bisa gitu?”
“soalnya di situ kita lihat gimana kota Paris dari Eiffel. Dan itu indah bangett menurutku vic. Apalagi kita lihat nya pas malem hari kan.. Jadi keliatan terangnya Paris kalau malem gimana”
“Kamu suka liat city light ya?” Tebak Victor “iyaa suka banget, kaya asik aja gitu ngeliat lampu-lampu dari gedung-gedung tinggi nyala. Atau dari kendaraan yang bergerak.”
“Haha kapan-kapan aku ajak lagi ke Eiffel mau?” Alden mengangguk dengan semangat “mau lah.”
“Terus-terus.. Lanjutin alasan kamu milih Eiffel yang paling berkesan”
“Oh iyaa kita kan keliling di taman sekitar Eiffel kan?” Victor mengangguk “aku suka banget, soalnya kamu ga lepas genggaman tangan kamu sama punya aku.” Cicit Alden karena merasa malu saat mengungkap itu, Victor terkekeh. Rupanya Alden sangat suka di genggaman olehnya “Udah?” Alden menggeleng ada satu lagi.
Victor menunggu dengan sabar, Alden seperti nya tampak ragu saat ingin mengungkapkan nya.
“Omongin aja sayang” Victor mengusap punggung jari-jari Alden. Membuat pemuda itu mengangguk “aku suka sama pelukan kamu pas di depan menara Eiffel.. Aku suka juga ciuman kita pas itu”
Sial, bukan hanya Alden yang malu tetapi kali ini juga pipi Victor tanpa sadar memerah. Mereka berdua sama-sama malu jika mengingat hal itu.
“Rasanya kaya apa ya.. It’s not first time aku ciuman, apalagi first kiss. Tapi rasanya pas itu tuh, manis banget, lembut banget dan jadi ciuman yang selalu membekas di pikiran aku.”
“So maksud kamu aku ini good kisser kan?” Victor kali ini ingin menyombongkan diri di hadapan Alden. “Huhh, iyaa” Ucap Alden dengan sedikit malas.
“Hahaha, bibir kamu juga den”
“Kenapa bibir aku?” Alden tanpa sadar memegangi bibirnya sendiri “bibir kamu tuh bibir paling lembut dan manis yang pernah aku cobain”
“Bahasa kamu apan banget cobain. Dikira aku makanan apa?” Victor terkekeh, pemuda itu tidak sempat membalas ucapan Alden karena pelayan datang dengan membawa pesenan mereka.
Setelah menaruh makanan di atas meja berlapis kain putih itu, sang pelayan juga mengganti vas bunga dengan lilin kecil di tengah meja.
Sesudahnya pelayan itu pergi berlalu pergi.
Alden menatap Pesto chicken bakenya. Dari segi penampilan hidangnya kali ini terlihat cukup menarik.
Ia mulai menyantap makanan nya secara perlahan. Keduanya asik menikmati hidangan pesanan mereka sembari mendengarkan alunan musik dari para pemain biola di tengah ruangan.
Mata Alden mengitari sekeliling, ia baru menyadari pemandangan di hadapan nya sangat indah.
Victor dan menara Eiffel.
Benar-benar menjadi dua kombinasi spektakuler yang mampu membuat hatinya menghangat.
Senyum mengembang Alden berhasil mengalihkan Victor dari Thai red curry shrimp nya. “Kamu kenapa senyum senyum gitu?” Tanya Victor.
“Engga apa-apa, aku baru sadar. Pemandangan aku sekarang itu kamu sama Eiffel”
“Kenapa, indah ya?” Alden mengangguk begitu saja, membiarkan tebakan Victor benar adanya “aku sengaja booking meja ini buat kamu”
“Serius?” Victor mengangguk, “makasih ya sayang” Ucap Alden dengan penuh antusias. Pemuda itu tidak sadar bahwa salah satu tangan Victor sedang terkepal kuat di bawah meja. Menahan rasa gemas saat mendengar kata terkahir yang Alden ucapkan.
Tidak terasa makanan mereka sudah hampir habis, Victor malah sudah selesai dengan makanan nya.
“Aku ke toilet bentar ya” Alden mengangguk, kemudian Victor bangkit berdiri. Meninggalkan Alden sendirian di meja itu.
Alden mencoba membuka ponsel nya, fokus dengan ponsel di tangan nya. Membiarkan beberapa mata melirik penasaran kearah nya, Alden sebenarnya sudah tau bahwa sedari awal sudah banyak mata yang menatap kearahnya, wajar ia model ternama kanca internasional. Tidak mungkin warga Paris tidak mengetahui nya.
Disaat sedang fokus dengan ponsel nya tiba-tiba saja pendengaran Alden di curi oleh suara deheman seseorang.
Alden menoleh kearah suara, dan pemuda itu membeku saat melihat kekasihnya dengan satu buah bucket bunga Gardenia putih di tangannya.
“It’s for you flower” Alden dengan senang hati mengambil bucket bunga tersebut. Jujur Alden masih terkejut dengan kelakuan Victor saat ini.
“Wait, I have one more gift for you”
“May you close your eyes?” Alden mengangguk, kemudian dengan patuh ia memejamkan matanya
Tiba-tiba Victor mengeluarkan satu kotak berwarna oranye dengan tulisan Hermes di tengahnya.
Setelah membuka kotak tersebut Victor baru menyuruh Alden untuk membuka matanya kembali.
“Open your eyes” Alden lagi-lagi begitu patuh dengan Victor, ia membuka matanya secara perlahan. Dan saat matanya terbuka, hal pertama yang ia lihat adalah satu kotak terbuka yang berisikan kalung dengan bentuk bunga di tengahnya.
Alden menganga. “It’s for me?” Tanya Alden, seperti tidak yakin dengan apa yang ada di hadapannya. “Yes it’s for you baby, only you” Jawab Victor dengan tegas.
“Can i put this necklace around your neck?”
“Sure babe”
Victor memasangkan kalung beremas putih itu di leher Alden. Setelah di pasangkan, Alden memegang bunga di tengah kalung.
Ternyata bunga tersebut bisa dibuka, dan saat ia buka dirinya bisa melihat dua huruf alfabet.
“V&A?”
Victor mengangguk “Victor dan Alden”
Alden tidak sanggup berkata apapun. Ia langsung menghambur kedalam pelukan Victor, memeluk pemuda itu dengan erat.
“I love you so so much coco”
Ucapan Alden masih bisa Victor dengar walaupun teredam di dadanya.
“I love you more flower.”